SEPAHIT KOPI SEPATAH HATI
Lelaki
itu bernama Joe. Seorang yang pertama kali ku kenal karena ketidaksengajaan.
Kegemaran yang sama tentang suatu hal, membuat komunikasi diantara kami
terjalin dengan sangat baik. Suatu hari iseng browsing di internet mencari
sebuah komunitas pecinta Kopi. Aku memang penggemar kopi sejak dulu. Entahlah,
bermula dari menuruti perintah papa untuk membuatkannya secangkir kopi,
kemudian menjadi kegemaran.
“Rena,
buatkan papa kopi ya sayang, sepertinya papa ngantuk nih”, pinta papaku suatu
malam.
“Bagaimana
membuatnya pa?, maksud Rena takaran kopi yang biasa mama buat untuk papa?”
Tanyaku pada papa. Waktu itu mama sedang menginap di rumah nenek, sehingga
kebutuhan papa dan adik-adikku, mau tidak mau sebagai anak gadis satu-satunya di
rumah, wajib bagiku menggantikan.
“Cukup
1 sendok kopi dan 1 sendok gula, sudah pas buat papa sayang.” Papa menjelaskan.
Sejak saat itulah aku jadi penasaran, apa dan bagaimana rasa kopi sebenarnya.
Dan ternyata sekarang malah ketagihan, bahkan sekarang penggemar kopi di rumah
bukan hanya papa saja, termasuk aku.
***
“Yeah,
akhirnya dikonfirmasi juga”.
“Apaan
di konfirmasi Re,” Tanya Santi sahabatku.
“Itu
lho San, aku browsing komunitas pecinta kopi, hehehe, akhirnya di konfirm
juga.”
“Ya
ampun ni anak, kopi lagi, kopi lagi, gak bosen apa?”
“Hehe,
biarin” jelasku.
***
Sudah
hampir satu bulan aku bergabung dalam komunitas ini, banyak hal yang kudapat,
salah satunya mendapatkan seorang sahabat. Suatu Hari aku disapa oleh seorang
anggota komunitas saat kebetulan sedang online.
“Hai,
Rena Kirana khan?”
“Yup..
benar, maaf siapa ini?” tanyaku
“Aku
Joe, anggota komunitas pecinta kopi, kamu dari Kalimantan? Dimananya?” Tanya
lelaki itu
“Di
Samarinda Joe, kamu dari Kalimantan juga? Dimana?” tanyaku lagi
“Wah
kebetulan, aku juga di Samarinda.” Joe menjelaskan.
Sejak
saat itu aku dan Joe menjadi lebih sering berkomunikasi, mulai dari sms-an,
BBM-an hingga akhirnya “kopi darat”
dan sekarang kami menjadi
sepasang sahabat. Sebagai seorang sahabat, Joe sangat baik padaku. Dia juga
orang yang sangat perhatian. Sesekali jika kami lama tidak bertemu karena
kesibukan, ada saja SMS darinya masuk ke HP ku, menanyakan kabar dan berbagai
hal. Sungguh baik sekali.
Pernah
suatu kali saat aku sakit, Joe menemaniku di Rumah Sakit, dan hampir seharian
dia membacakan dan memberi aku informasi terbaru tentang sesuatu hal yang
sangat kami sukai. Apalagi kalau bukan Kopi.
“Ren,
sekarang di Samarinda ada café baru lho, dan yang lebih mengejutkan itu disana
disediakan berbagai macam kopi yang pasti kamu belum pernah coba dech.”
Ujarnya.
“Ah,
yang benar Joe, masa sih? Ajak aku dong.” Rengekku, “Boleh aja, makanya kamu
cepat sehat, biar nanti kita bisa kesana, ok.” Kata-kata itu menambah semangat
ingin sembuh menjadi semakin membara.
Entahlah,
perhatian yang diberikan Joe padaku lama-lama ku rasakan sebagai suatu yang
berbeda. Aku tidak mengerti apakah ini yang dinamakan cinta? Aku sendiri tidak
tahu. Jangan paksa aku untuk mengatakan rasa itu, aku takut persahabatan kami
bisa rusak gara-gara itu.
***
Rasa
yang kurasakan selama ini pada Joe, lama-lama semakin mendalam. Dulu mungkin hanya kekaguman, namun sekarang
aku semakin yakin kalau ini adalah rasa cinta. Namun sekali lagi persahabatan
lebih di atas segalanya. Aku hanya bisa tetap diam.
“Rena,
aku boleh cerita sesuatu khan?” tanyanya suatu hari.
“Wani
piro?, hehehe, boleh dong, ada apa Joe?” Sepertinya ada sesuatu yang serius
yang hendak diutarakan.
“Hmmm,
kamu kenal dengan Citra Ren, anggota komunitas pecinta kopi dari Balikpapan?”
“Tahu,
kenapa memangnya?” Penasaran aku, kenapa dia menanyakan gadis itu. Ya, Citra
seorang gadis manis anggota komunitas pecinta kopi juga.
“Sepertinya
aku suka sama dia Ren, aku sudah lama punya perasaan ini sama dia Ren, aku rasa
aku perlu ungkapkan rasa suka ku ini ke dia, gimana menurutmu?” Tanya Joe. Rasanya
ada gemuruh di hatiku. Joe suka Citra. Sangat suka.
“Kamu
yakin? Ya kalau memang sudah mengenalnya dan tahu bagaimana pribadinya ya
terserah kamu Joe, aku pasti dukung.” Hatiku menangis, seolah teriris. Apa mau
dikata, aku patah hati. Dan Joe tidak mengerti apa yang kurasakan sekarang.
“Makasih
Rena, kamu memang sahabat ku yang paling baik yang pernah aku kenal selama
beberapa tahun ini.” Tanganku digenggam erat.
***
Malam
ini tanpa ditemani Joe, aku menikmati kopi di café baru yang diinfokan olehnya.
Beberapa kali SMS masuk di HP ku, menanyakan keberadaanku. Siapa lagi kalau
bukan Joe. Tak kugubris, kubiarkan saja terus berbunyi.
“Ini
mbak, pesanannya secangkir Almond Coffee.” Seorang pelayan mengantar pesananku.
Malam ini aku ingin sendiri dengan secangkir kopi, tanpamu Joe.
Segelas
kopi di cangkir, sempurna membasuh bibir. GETIR
Selembar
wajah di gambar, meraup rupanya hati tergetar. DEBAR
Raut wajahmu dan segelas kopi menyisakan pahit
yang nyeri. PATAH HATIPic : Internet |
Komentar
Posting Komentar