#116# RAINA'S RAIN (Part12)

Sepertinya aku kembali melakukan kesalahan. Aku menyadari kekeliruanku, memaksanya untuk bercerita sesuatu yang sudah sangat jelas aku tahu penyebabnya adalah keputusan yang bodoh. Sama saja aku membuka luka. Melihat wajahnya kembali murung, aku mencoba membalikkan suasana. “haha, sudah tak usah difikirkan, ayo kita bertanding basket, mumpung yang lain belum datang, ayo..” aku mencoba mengalihkan. Tiba-tiba dia mendekat padaku dan memegang tanganku dengan sangat erat. Membawaku ke suatu tempat tanpa menjelaskan apapun. 

“Jadi kamu mau aku bisa jujur terhadap apa yang telah terjadi selama ini, kenapa aku menghindar, dan menjauh darimu.” Dia menatapku dalam. Tuhan, pandangan matanya begitu tajam. Jantungku berdegup kencang. Aku hanya bisa mengangguk, menunjukkan kalau aku ingin tahu apa yang telah terjadi. Seketika bunyi gemuruh Guntur terdengar. Hujan seketika turun dengan tiba-tiba. Kami basah berdua. Tak beranjak. Kami masih saling bertatap. Kami tak sadar jika kami sekarang ada di bawah rinai hujan. Seketika aku sadar, aku melepaskan tanganku dari genggamannya. Beranjak pergi, namun panggilannya menghentikan langkahku.

“Raina, aku mencintaimu.” Aku terkejut, aku berbalik ke arahnya. Melihatnya yang mematung masih menatapku. “Aku mencintaimu, Raina.” Dia mengulanginya. Aku mendekatinya. 

“Apa katamu, kamu mencintaiku? Jangan mengada-ada. Aku tau kamu mencintai siapa, dan itu bukan aku.” Aku berbalik dan berjalan meninggalkannya. Namun suara keras darinya kembali menghentikan langkahku. Ia mendatangiku dan sekarang tepat berada di depanku. Kembali ia menggenggam tanganku, dan mengatakan kalau dia mencintaiku.

“Kau tidak mencintaiku, kau hanya mencintai wanita itu, seseorang yang meninggalkanmu saat pertemuan kita kemarin yang gagal. Aku menemukan kartu ucapan bertuliskan bahwa kau menyayanginya.” Jelasku.

“Sebenarnya, kartu itu untukmu Rai, dia adalah temanku, yang rencananya akan membantuku mengatakan perasaanku padamu, namun dia gagal karena sesuatu telah terjadi saat dalam perjalanan. Dia memaksaku untuk mengatakan sendiri, tapi aku gak bisa Rai, karena aku memegang janji persahabatan yang sudah dari awal kita ucapkan. Itulah kenapa, aku menghindar darimu selama ini, karena aku mencoba untuk melupakan perasaan ini, tapi ternyata aku tak bisa. Namun sekarang aku sadar Rai, kalau ternyata memang aku sangat membutuhkanmu, dan karena itu aku akhirnya berani mengatakannya.” 

Penjelasannya benar-benar mengejutkanku. Jadi ucapan di kartu itu sebenarnya untukku. Tak ada lagi alasan bagiku untuk tetap menyembunyikan perasaanku padanya. Aku juga memeluknya dan membisikkan sesuatu padanya, “aku juga mencintaimu, Guntur.” Hujan akhirnya membuat segalanya menjadi jelas. Guntur bisa dengan terbuka mengutarakan perasaannya. Sesuatu yang selama ini ia sembunyikan, ia simpan, akhirnya disampaikan lewat rintik hujan. Perasaan yang pernah aku titipkan kepada hujanpun, akhirnya kini telah tersampaikan langsung kepadanya. Guntur, mulai sekarang, selain hujan kau adalah sesuatu yang istimewa bagiku. (Selesai)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

#126# AKHIR PERJALANAN (Travelling ke Kalsel - Part 7)

#119# "TRAVELLING" KE KALIMANTAN SELATAN (Part 2 - Rainy's Day Literari Festival)

#117# DIBANGUNIN SAMA BANTAL