#105# RAINA'S RAIN (Part 1)

Hujan memang selalu indah untuk dilukiskan. 
Disana ada kesejukan, ada sesuatu yang juga disembunyikan.

“Rai, jangan lupa ntar siang kita ketemu di alun-alun balaikota ya, kalau masih minat ikut abang latihan basket, soalnya hari ini perdana latihan dan pengenalan anggota baru lho. Jangan lupa ya.” Dengan tergesa bang Raihan mengingatkan ku dengan agenda yang akan aku lakukan siang ini. 

Aku Raina. Anak gadis satu-satunya dari keluarga Priyo. Berusia 19 tahun, dan baru lulus dari sekolah menengah atas favorit di kotaku. Mempunyai ukuran tinggi badan di atas rata-rata wanita Indonesia, memberikan keuntungan buatku. Dengan ukuran tinggi badan 180 cm, sejak SMA aku berhasil terpilih menjadi anggota team inti club basket di sekolah. Ya, aku sangat menyenangi basket. Jika ditanya ketularan dari siapa, abangku lah penyebabnya. Iya, bang Raihan adalah abang satu-satunya yang kupunya. Dia juga penggemar olahraga ini, dan jangan ditanya soal prestasi, dia pernah terpilih menjadi atlet basket nasional. 

Sejak masuk ke perguruan tinggi, cukup lama aku meninggalkan basket. Bukan karena apa-apa sih, waktu itu kesibukan dalam menghadapi ujian masuk perguruan tinggi memaksa aku untuk belajar lebih serius agar bisa masuk di fakultas yang aku dambakan. Jurusan Hubungan Internasional, adalah cita-cita sejak lama. Dan akhirnya aku berhasil juga bergabung disana. Saat dirasa kekosongan waktu membuat diri menjadi jenuh, akhirnya aku memutuskan untuk kembali bermain basket. Team basket bang Raihan lah yang menjadi pilihan untuk menyalurkan hobi ini kembali.

Siang ini begitu terik. Rasanya peluh sudah membuat badanku basah semua. Sebenarnya perjalanan antara kampus dan alun-alun balaikota gak terlalu jauh, cuma memang cuaca siang ini membuat perjalanan ini berasa lama sekali.

“Kalau bukan karena ini hari pertama penerimaan anggota baru, aku pasti ngebatalin deh, tapi gak enak juga ah, soalnya bang Raihan udah pesan sebelum dia berangkat kuliah tadi Yo, aku gak enak ntar sama bang Raihan.” Keluhku kepada Yoan. Sahabat sejak SMA dan selalu setia menemani ku pergi kemana saja. Maklum saja Yoan selalu punya waktu luang. Dia gak seperti ku yang padat agenda kesana kemari hampir tiap hari. Yoan lebih senang di rumah dan membaca buku novel cinta. Jika dia sedang asyik dengan kesukaannya membaca pun, jika berkaitan dengan kepentinganku, maka akan dengan senang hati menemani.

“Sabar Rai, kan kamu sendiri yang mau gabung lagi di team basket, jadi ya terima aja, hehe. Lagian bentar lagi nyampai kok, tuh tinggal berapa meter lagi dari belokan.”Yoan selalu menyemangati. Meskipun sebenarnya aku melihat wajah lelah didirinya. Tapi begitulah Yoan. Aah kamu memang temanku yang paling baik deh. Kuletakkan lengan kiriku di bahunya, dan kami tertawa bersama. 
***
Di depan Alun-alun balaikota, sudah terlihat ramai sekumpulan orang berbaris rapi, tampaknya aku terlambat. Semoga gak terlalu telat deh. Aku membatin.

“Wah Rai, kayaknya kamu telat deh, ya udah buruan gabung aja langsung sama mereka. Ngomong-ngomong dimana bang Raihan kok gak keliatan?” Yoan celingak celinguk mencari bang Raihan. Aku sudah gak terlalu memperdulikannya. Dengan cepat aku masuk ke dalam barisan dan bergabung bersama mereka. Sedang Yoan menunggu di bawah pohon. Sempat aku berbincang dengan seorang perempuan yang tampaknya dia sama sepertiku. Calon anggota baru. Aku sempat menyapa dan bertanya kepadanya apakah sudah terlampau telat, katanya belum terlalu. Syukurlah.

 “Selamat datang di Team basket Satria Muda. Sebelumnya kami akan beri kalian beberapa test singkat dan umum tentang basket. Persiapkan diri kalian baik-baik.” Penjelasan dari seorang laki-laki berperawakan tinggi besar. Sepertinya dia adalah pemimpin team basket Satria Muda. 
Seleksi terus berlangsung. Bang Raihan sampai sekarang juga belum keliatan batang hidungnya. Apes. Gara-gara sibuk mencari bang Raihan aku gak sadar kalau namaku dipanggil.

“Raina Tiara”. Tiga kali nama ku disebut, namun gak tahu kenapa aku sama sekali tidak mendengarnya. Hingga akhirnya Yoan dari kejauhan memberi sinyal dan aku tersadar.

“Maaf kak, saya Raina Tiara.” Aku pun maju ke depan menemuinya.

Pandangannya sinis sekali kurasa. Masa gara-gara tak mendengar saat nama dipanggil, dia pasang muka juteknya. Sayang banget kali, wajah tampan persis Hamish Daud itu jadi minus gara-gara muka jutek.

“Ooh, kamu yang namanya Raina Tiara, belum gabung aja sudah gak fokus. Padahal fokus itu adalah kunci keberhasilan.” Sinis dia menjawab.

Nge-Bete in banget sih ni orang. Kan sudah minta maaf karena gak mendengar panggilannya. Awas aja ya ntar aku ceritakan dengan bang Raihan baru tahu. Aku ngedumel. Aku cuek dan segera melakukan beberapa tes yang sudah diperintahkan. Karena sejak SMA aku memang tergabung dalam anggota team  basket di sekolah, jadi urusan teori, dan praktek dalam basket bukan masalah besar buatku. Aku selesaikan dengan mulus semua tantangan dari mereka. Ternyata dua hari lagi pengumuman lolos atau gak nya. Akhirnya aku dan Yoan memutuskan untuk pulang saja.



Taraaaa.. bersambung ya, 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#126# AKHIR PERJALANAN (Travelling ke Kalsel - Part 7)

#119# "TRAVELLING" KE KALIMANTAN SELATAN (Part 2 - Rainy's Day Literari Festival)

#117# DIBANGUNIN SAMA BANTAL