Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2018

#136# PELAKOR

Gambar
Pelakor atau yang dikenal dengan perebut laki orang, adalah sebuah fenomena yang cukup menjadi perbincangan.   Di televisi, media social begitu banyak dihiasi dengan tema Pelakor ini. Tak hanya dikalangan artis saja, bahkan isu ini juga menerpa rumah tangga Mak Enah dan Bang Pardjo yang selama ini dikenal sebagai rumah tangga yang jauh dari gosip dan isu-isu. “Di zaman sekarang, hati-hati banyak  pelakor dimana-mana. Tak segan-segan melukai perasaan sesama wanita. Maka dari itu, sebaiknya kita perlu berhati-hati dengan suami kita masing-masing” Ujar Mpok Hindun suatu hari. “Saya sering lho, melihat suami Mak Enah ketemuan dengan perempuan di gang sebelah. Sepertinya akrab sekali. Hati-hati lho Mak Enah.” Mpok Romlah menimpali. Percakapan itu terjadi saat Mang Udin datang dengan gerobak sayurnya. Biasalah ibu-ibu kampung, tidak ada kerjaan lain selain bergosip. “Lelaki zaman sekarang pandai menyembunyikan sesuatu lho, jadi kita sebagai istri kudu lebih pandai juga, jan

#130# MAKHLUK TAK KASAT MATA

Gambar
Enam hari lagi perlombaan besar menanti di depan mata. Lomba Lintas Alam Gugus Depan Universitas Mulawarman (LLAGUM) adalah event tahunan yang rutin diadakan oleh Gugus Depan salah satu kampus negeri ternama di Kota Samarinda. Kami semakin giat berlatih. Kali ini yang akan diturunkan dari Gugus Depan kami sebagai perwakilan adalah tim regu putra Beruang dan Tim regu putri Cempaka, yang semua berjumlah sebanyak 10 orang. “Kifa jadi minggu depan ikut lomba? Terus bagaimana sekolah Kifa nanti?” Tanya mama suatu malam padaku. Sebenarnya mama selama ini sudah tau dengan beberapa kegiatan di luar sekolahku. Ya, aku memang aktif di kegiatan kepanduan. Mama tidak melarang, karena kebetulan kakak beliau, yaitu Om Bas juga aktif dalam kegiatan pramuka, bahkan beliau sampai pernah dikirim ke Negara tetangga Malaysia sebagai perwakilan mengikuti Jambore ke 13 di Malaysia. Yang penting sebenarnya bagi mama, aku tetap bisa membagi waktu antara sekolah, dan pramuka. “Insya Allah jadi Ma, da

#129# DESA HUYUNG

Gambar
Dian masih menangis ketakutan. Badannya  masih gemetaran. Sudah tak terhitung beberapa kali Dian berteriak histeris. Itu semua bukan tanpa sebab. Sudah beberapa hari ini, Dian bermimpi buruk. Ia merasa dikejar sesosok hewan besar dan sangat mengerikan. “Memangnya binatang yang kamu lihat dalam mimpi mu itu seperti apa rupanya Dian?” Tanya Boy kakak nya penasaran. Bagaimana tidak, sudah lima malam ini kenyamanan istirahatnya terganggu karena Dian ikut numpang tidur di kamar Boy. “Tak tahu juga Dian kak, binatang apa sebetulnya itu. Moncong mulutnya sih seperti Buaya, tapi badannya panjang seperti ular, tapi berkaki dan suaranya seperti Anjing menyalak.” Aaah, Dian sangat ketakutan meski hanya mendeskripsikan jenis binatang yang dia sendiri tak tahu. *** “Oh, jadi adikmu itu bermimpi buruk sejak pulang camping di Desa Huyung. Memangnya apa yang dilakukan adikmu  itu disana Boy? Jika dia tidak melakukan apa-apa, mustahil sesuatu yang aneh menimpanya, aku rasa ada sesuat

#128# DIA ORANGNYA

Gambar
Kian bergemuruh perasaan Wida saat ini. Betapa tidak, santer terdengar bahwa ia akan dipersunting oleh seorang laki-laki yang berasal dari Kota Tenggarong. Konon kabarnya, si lelaki adalah putra dari teman baik ayah Wida. Sebenarnya Wida sendiri belum mau menikah, tetapi karena kondisi ayah yang sedang sakit, sehingga Wida diminta untuk segera mewujudkan permintaan ayahnya. “Ayolah nak, turuti saja apa mau ayahmu, kapan lagi kamu akan berbakti kepadanya.” Bujuk bunda sore itu. “Tapi sejujurnya bunda, Wida ingin menyelesaikan pendidikan Wida sampai jenjang lebih tinggi lagi bunda, gak sampai disini saja. Kalau Wida menikah, bukan tidak mungkin pendidikan Wida stagnan disini saja. Apa iya dia yang menjadi suami Wida bakal mengizinkan Wida sekolah lagi?”. Wida masih terus berargumen dengan bunda. Masih banyak yang ingin ia capai, namun karena kondisi ini, semua akan sangat sulit diwujudkan. “Begini saja nak, nanti saat pertemuan keluarga, sampaikanlah syaratmu itu. Semoga

#127# KEMOTERAPI (Dedikasi Pada Para Penderita Kanker)

Gambar
Tubuh ini tak cukup kuat lagi untuk kemoterapi, Apa kau tak lihat, merontoknya bulu kaki?   Satu-persatu .... bahkan tulang sum-sum saudara ku pun sudah dijumput sedikit Untuk aku yang sedang sakit Jakarta, 26 Januari 2011 Pic : Ilustrasi. Shutterstock 30 Days Writing Challenge Ini adalah tantangan hari pertama dalam mengikuti 30 Days Writing Challenge nya di Kelas ODOP Batch 4 Fiksi. Sebuah puisi yang saya dedikasikan untuk seseorang saat saya menemani Alm. Om (Paman) saya sewaktu menjalani pengobatan ginjal di RSCM Jakarta. Saya mengenal beliau saat di penginapan . Beliau adalah seorang penderita kanker. Saya lupa jenis kanker apa yang beliau derita. Beliau banyak bercerita tentang usaha beliau dalam mengobati penyakitnya. Namun saya tidak pernah tahu lagi kabarnya, karena perkenalan kami sangat singkat (hanya 2 minggu). Selama ini saya cukup banyak bergaul dengan para penderita kanker. Ada yang kuat bertahan menjalani berbagai macam pengobatan, ada