#129# DESA HUYUNG
Dian
masih menangis ketakutan. Badannya masih
gemetaran. Sudah tak terhitung beberapa kali Dian berteriak histeris. Itu semua
bukan tanpa sebab. Sudah beberapa hari ini, Dian bermimpi buruk. Ia merasa
dikejar sesosok hewan besar dan sangat mengerikan.
“Memangnya
binatang yang kamu lihat dalam mimpi mu itu seperti apa rupanya Dian?” Tanya
Boy kakak nya penasaran. Bagaimana tidak, sudah lima malam ini kenyamanan
istirahatnya terganggu karena Dian ikut numpang tidur di kamar Boy.
“Tak
tahu juga Dian kak, binatang apa sebetulnya itu. Moncong mulutnya sih seperti
Buaya, tapi badannya panjang seperti ular, tapi berkaki dan suaranya seperti
Anjing menyalak.” Aaah, Dian sangat ketakutan meski hanya mendeskripsikan jenis
binatang yang dia sendiri tak tahu.
***
“Oh,
jadi adikmu itu bermimpi buruk sejak pulang camping di Desa Huyung. Memangnya
apa yang dilakukan adikmu itu disana
Boy? Jika dia tidak melakukan apa-apa, mustahil sesuatu yang aneh menimpanya,
aku rasa ada sesuatu yang telah ia lakukan disana.” Gun sahabat Boy memberikan
pendapatnya.
“Begini
saja, nanti sore ajak Dian ke rumah kakekku, siapa tau beliau bisa membantu.”
Seingatku kakek dulu sewaktu kecil pernah tinggal di Desa Huyung. Siapa tau
pernah ada cerita tentang desa Huyung yang kita gak tau.” Boy mengangguk
setuju.
***
“Desa
Huyung memang dikenal sejak berpuluh tahun yang lalu sebagai sebuah desa tanpa
penghuni. Hampir semua daerah dipenuhi hutan lebat. Hingga suatu ketika ada
seorang pemuda yang tinggal disana selama bertahun-tahun. Cukup aneh memang, si
pemuda bisa bertahan hidup di dalam hutan, karena menurut masyarakat yang
tinggal di desa yang berbatasan dengan desa Huyung, bahwa selama ini setiap
manusia yang masuk ke dalam hutan itu tidak akan pernah keluar dengan selamat. Meskipun
ada yang berhasil keluar, pasti mengalami lupa ingatan. Yang mereka ingat
hanyalah mereka seperti berada dalam sebuah jalan panjang dan terhuyung-huyung.
Makanya dinamakan Desa Huyung.” Ujar kakek Wiguna.
“Sebenarnya
aku tidak melakukan apa-apa kek disana, Cuma memang sempat melihat ada seekor
ular besar yang aku bunuh karena mendekati tenda tempat kami terpancang. Aku
bakar ular itu kek.” Dian mencoba mengingat apa yang telah terjadi.
“Nah
mungkin bisa jadi itu penyebabnya nak, masyarakat disana tak pernah sekalipun
membunuh binatang. Jika pun ada binatang yang membahayakan jiwa sebisa mungkin
ditangkap saja. Konon katanya para binatang di Desa Huyung adalah peliharaan
sang pemuda. Sebenanrnya para binatang disana juga tidak menyakiti nak, dan
Ular itu mungkin hanya lewat saja. Karena menurut cerita turun temurun bahwa
sang pemuda telah memerintahkan kepada para binatang untuk menjaga daerah itu. Jadi
bukan menyakiti. Sebaiknya nanti kamu kesana lagi dan menyampaikan permintaan
maaf dengan warga disana. Mudah-mudahan kamu tidak diganggu lagi oleh mimpi
buruk itu.” Ujar kakek Wiguna menasehati.
***
Sudah beberapa hari
sejak kejadian di rumah kakek Wiguna. Dian tidak lagi diganggu oleh mimpi buruk.
Nasehat sang kakek untuk menyampaikan permintaan maaf kepada warga disana
disambut baik oleh kepala Desa. Kepala Desa mengajak warganya untuk mengadakan
upacara. Dian menyadari bahwa meskipun ia seorang pecinta alam, dia juga tidak
boleh lupa bahwa setiap tempat punya aturan sendiri, begitupun dengan Desa
Huyung.
![]() |
Pic : Internet |
#DAY5 #30DWC #OneDayOnePost
Pecinta alam jangan membuat kerusakan
BalasHapussebenernya gak ngebuat kerusakan pak, cuma mungkin kurang faham aturan "tidak tertulis" sebuah daerah, hehehe.. terima kasih dah mampir pak
HapusInget waktu dulu masih aktif PA di pramuka, kita mesti survei tempat dulu karna hal ini. Dan si tempatku pun ada kjadian hal ini, dan sampai skrg orgnya hilang gak ada kabar, teman kkaku sendiri.
BalasHapusiya Ren, kami juga kalau lagi camping, sebisa mungkin tidak melakukan hal apapun yg dikhawtirkan "mengundang" sesuatu, kita memang setidaknya juga harus mengenal daerah tersebut.
Hapus