#130# MAKHLUK TAK KASAT MATA
Enam
hari lagi perlombaan besar menanti di depan mata. Lomba Lintas Alam Gugus Depan
Universitas Mulawarman (LLAGUM) adalah event tahunan yang rutin diadakan oleh
Gugus Depan salah satu kampus negeri ternama di Kota Samarinda. Kami semakin
giat berlatih. Kali ini yang akan diturunkan dari Gugus Depan kami sebagai
perwakilan adalah tim regu putra Beruang dan Tim regu putri Cempaka, yang semua
berjumlah sebanyak 10 orang.
“Kifa
jadi minggu depan ikut lomba? Terus bagaimana sekolah Kifa nanti?” Tanya mama
suatu malam padaku. Sebenarnya mama selama ini sudah tau dengan beberapa
kegiatan di luar sekolahku. Ya, aku memang aktif di kegiatan kepanduan. Mama
tidak melarang, karena kebetulan kakak beliau, yaitu Om Bas juga aktif dalam
kegiatan pramuka, bahkan beliau sampai pernah dikirim ke Negara tetangga Malaysia
sebagai perwakilan mengikuti Jambore ke 13 di Malaysia. Yang penting sebenarnya
bagi mama, aku tetap bisa membagi waktu antara sekolah, dan pramuka.
“Insya
Allah jadi Ma, dah beberapa waktu ini kami terus berlatih dan mempersiapkan diri.
Yang penting adalah izin mama dan papa, heheh.” Aku memeluk wanita usia 40
tahun itu. Beliau adalah sosok seorang ibu yang sangat penyayang dan bijaksana.
Meskipun aku anak perempuan satu-satunya tapi beliau selalu memberikan
kepercayaan besar terhadapku.
***
Pagi
ini udara dingin menusuk tulang, embun pagi semakin menambah segarnya suasana.
Aku telah siap dengan Ransel dan beberapa peralatan yang akan kubawa.
“Gimana,
udah siap semua Kifa? Jangan sampai ada yang tertinggal, dan pesan papa jaga
diri di sana. Apalagi kalian akan menginap di areal hutan. Yaah, meski papa
percaya bahwa ini bukan yang pertama kali bagimu.” Papa siap mengantarkan ku ke
gudep tempat dimana kami akan berkumpul. Dengan anggukan aku memberi tanda kepada
papa bahwa aku akan selalu mengingat nasehatnya.
***
Segala
persiapan telah lengkap, tenda, tongkat dan segala hal yang kami perlukan telah
di packing jadi satu. Semua anggota juga sudah dalam keadaan sehat dan beberapa
menit lagi kendaraan yang akan membawa kami menuju tempat lomba akan segera
tiba.
Sebelum
pergi, kami melakukan upacara pelepasan. Kakak Pembina memberikan wejangan nya
kepada kami. “Selalu semangat, jaga kekompakan, dan jaga sikap” tak jauh dari
apa yang dipesankan papa padaku. Siap kak, kami akan selalu mengingat pesan
kakak semua.
***
Tiga
hari sudah berlalu pelaksanaan lomba, dan besok adalah lomba puncaknya.
Kegiatan penjelajahan dilaksanakan esok hari, pagi-pagi sekali kami harus sudah
siap. Track perjalanan cukup sulit, sehingga kami perlu menyiapkan segala hal
dengan sangat baik.
“Semoga
besok, keadaan kita fit semua, terus saling menjaga, lakukan yang terbaik.
Hidup Ki Hajar Dewantara!!” seruan semangat dari pemimpin regu putra semakin
menggelorakan semangat kami semua.
***
Perlombaan
berlangsung sejak pagi tadi, kami melewati berbagai pos-pos dan mendapatkan
soal-soal di setiap posnya. Kebanyakan soal-soal yang kami temui berupa
pertanyaan dalam bentuk sandi-sandi. Beruntungnya, setiap anggota memiliki
kemampuan khusus. Ada yang sangat menguasai sandi semaphore, ada yang menguasai
sandi morse, ada yang menguasai tali temali dan segala teori tentang
kepramukaan dan dasar P3K. Kami cukup terbantu dengan itu semua sehingga setiap
pos yang kami temu bisa kami lewati dengan lancar.
“Luar
biasa medan nya ini kak, pohon-pohon disini terlampau lebat sekali, dan
tanjakan nya juga banyak. Kaki saya keram rasanya.” Novi salah satu adik
pramuka kami tiba-tiba berteriak kesakitan. Kaki kanannya terasa keram. Akhirnya
kami memutuskan untuk berhenti sementara untuk memberi pertolongan buatnya.
“Masih
kuat gak Nov, ayo semangat, kalau bisa kita harus keluar dari hutan ini sebelum
senja. Kakak khawatir sinar matahari gak akan terlihat lagi, sehingga kita
kesulitan nantinya.” Sambil meluruskan kaki, memberikan beberapa tindakan yang
pernah diajarkan kakak Pembina kami jika suatu saat kami mengalami keram ketika
dalam penjelajahan, dan memijat kakinya, aku memberi semangat buat Novi.
“Iya
kak, ni sudah lumayan, terima kasih banyak.” Ujarnya.
“Baiklah,
karena kondisi Novi kurang maksimal, kita harus lebih berhati-hati lagi, mohon
saling menjaga.” Ucap Tika selaku pimpinan regu. 20 menit kemudian akhirnya
dengan perjuangan, kami akhirnya sampai juga ke pos terakhir yakni di lokasi
perkemahan. Kami disambut baik oleh panitia dan mereka menanyakan kabar kami.
“Alhamdulillah
kalian sudah tiba, segera kembali ke tenda, bersihkan diri sebelum magrib ya.”
Kami mengiyakan dan kembali ke tenda kami.
Setelah
membersihkan diri, kami beristirahat di tenda. Karena sebentar lagi azan
magrib, kami pun sudah bersiap untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah. Dari
kejauhan, tampak olehku lima orang dari gugus depan lain yang baru tiba. Kami
menyapa nya dan mengucapkan syukur karena mereka telah tiba dengan selamat.
Mereka pun pamit hendak pergi mandi.
***
“Aargh…
aargh.. pergi..pergi…” Suara teriakan memecah keheningan malam. Aku dan empat
kawanku terbangun. Ingin rasanya hendak keluar tenda melihat apa yang telah
terjadi di luar sana. Namun Tika sang pimpinan regu melarang.
“Sudahlah,
tidur saja, besok saja kalau ingin tahu.” Karena Tika sudah berkata seperti
itu, kami patuh padanya, karena memang pemimpin regu memiliki kuasa atas regu.
***
“Ooh,
jadi kemarin itu ada yang kesurupan, penggalang putri dari Gugus Depan yang
kemarin sebelum sholat magrib kita ketemu?? Kamu tahu darimana Tik?” Tanyaku
pada Tika
“Iya
salah satu dari mereka yang kesurupan, aku dengar dari pemimpin regu di sebelah
tenda kita itu. Sepertinya mereka saat mandi itu mungkin saling bercanda, dan
lupa bahwa hari sudah senja. Tapi mereka tertawa-tawa begitu. Mungkin penunggu areal sini merasa terganggu barangkali”
Ujar Tika menjelaskan padaku.
“Iya
Tik, bisa jadi itu penyebabnya. Makanya aku juga selalu mengingatkan adik-adik,
kan ini sudah bukan sekali dua kali kita berkemah di dalam hutan. Tentu saja
dimanapun ada penghuninya, kita juga harus menjaga sopan santun.” Ujar ku pada
Tika
Begitulah
yang terjadi selama kegiatan ku kali ini. Itu kenapa aku selalu pegang teguh
pesan papa, bahwa dimanapun kita berada, senantiasa harus menjaga adab. Karena
disekitar kita juga ada makhluk yang tidak kasat mata.
Tulisan ini adalah sekelumit
pengalaman saat saya dulu aktif dalam kegiatan kepramukaan. kejadian semacam
ini memang acap kali terjadi. Dan memang bukan isapan jempol belaka. Oleh
karena itu, hal penting yang harus kita ingat, bahwa sekali lagi, kita harus
menjaga adab dimanapun kita berada. Kita hidup berdampingan dengan semua
makhluk ciptaan Allah, baik yang dapat terlihat ataupun yang kasat mata. Selalu
dekatkan diri dengan sang Pencipta, agar kita senantiasa dijaga Nya.
Pengalsman yang bagus
BalasHapusHehehe iya menyenangkan pak, makasih banyak
HapusKisah nyata ya?
BalasHapusIya mba
HapusAnak pramuka toh ka?
BalasHapusIya Rene,, hehe kamu juga yaaa
HapusJangan meninggalkan apapun kecuali jejak.
BalasHapusJd teringat masa2 ngecamp 4 tahun yang lalu
Yup betul banget, jaga lingkungan juga
Hapus