TELEPON MISTERIUS (PART 2)

Sudah hampir seminggu  ini, Vey “BT” luar biasa. Dia sangat kesal dengan seorang penelpon misterius yang sudah mengganggu kenyamanannya. Yang biasanya riang, ramah dan selalu usil, sekarang hanya bisa marah-marah gak jelas. Reina sahabatnya pun gak ketinggalan jadi bulan-bulanan kekesalan Vey.

Vey kian uring-uringan. Semua yang dirumah juga tidak mengerti dengan sikap gadis kecil mereka. Usia 18 tahun, Vey memang tetap akan selalu dianggap gadis kecil. Bang Didi yang sudah beberapa hari ini terpaksa transmigrasi ke rumah bude Dyan pun, akhirnya kembali ke rumah atas bujukan mama.

“Ayolah Di, cukup Vey aja yang ngambek, kamu gak usah ikutan lah, namanya juga masa puber, gadis remaja barangkali sedang jatuh cinta.” Bujuk mama kepada Bang Didi. Vey hanya bisa sembunyi dibalik jilbab mama. Tapi tetap saja Vey tak mau bercerita kepada siapapun.

***

Assalamualaikum, benar ini dengan Vey? SMS dari nomor tidak dikenal. Sebelumnya nomor ini sudah beberapa kali menelepon dan memang kebetulan Vey tidak menjawab telpon itu. Mulanya difikir orang salah sambung, namun Vey baru menyadari setelah berkali-kali nomor itu terus menghubunginya. Waalaikumsalam wr wb. Iya benar saya Vey, maaf ini dengan siapa ya, nomornya tidak ter save di kontak HP saya, dan sepertinya nomor ini sudah berkali-kali menghubungi saya. Sent.
Tidak perlu tahu tentang saya Vey, yang harus kamu ketahui adalah tentang silsilahmu. Coba sekali-kali kamu tanyakan siapa kamu sebenarnya. Semoga setelah ini kehidupanmu jadi lebih jelas. Terima Kasih.

“Memangnya gue ini siapa? Kenapa dengan silsilah keluarga? Apa ada yang aneh dengan diri gue? Apa jangan-jangan…???” Vey menangis sejadi-jadinya di pundak Reina. Ya, hanya kepada Reina dia menceritakan tentang SMS gelap itu.

“Ah, tak usah difikirin Vey, loe mah gitu aja dipusingin. Jelas-jelas loe anak nya mama dan papa Tyo. Adek satu-satunya bang Didi. Apalagi yang dirisaukan coba, dasar nih Remaja zaman now.” Reina membujuk Vey, sebenarnya Reina di dalam hati juga bertanya-tanya apa iya sahabatnya itu bukan anak kandung om Tyo. Tapi demi menjaga perasaan Vey, hal itu disimpannya dalam-dalam. Dan Reina pun gak berani cerita kepada Tante Vera, mamanya Vey.

Dua hari lagi ulang tahun Vey. Di rumah semua sudah mempersiapkan perayaan kecil untuk Vey. Mamanya sudah memesan kue tart coklat kesukaan Vey untuk disajikan saat hari ulang tahun Vey nanti. Dan Vey?? Masih saja dengan kebingungan tentang jati dirinya.

Mungkin benar aku bukanlah anak kandung keluarga ini. Papa saja tidak mirip denganku. Bang Didi lebih mirip papa dan mama. Arabnya keliatan banget, kulitnya sawo matang dengan hidung mancung persis papa. Sedang aku, berkulit putih dengan mata sipit. Mama saja tidak sesipit diriku.

Vey baru saja menyadari hal ini, ketika si penelpon misterius itu bilang kalau perbedaan fisik antara kami sudah sangat terlihat. Papa juga tidak bisa bermusik, bang Didi apalagi. Terus darimana bakat bermusik bisa kudapatkan. Semua serba mengganggu fikirannya. Karena terlalu sering menangis, mataVey jadi bengkak. Vey hanya senang merenung di kamar. Mama juga turut heran, katanya sekarang Vey banyak berubah. Bukan lagi Vey yang mereka kenal.

Bersambung ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#126# AKHIR PERJALANAN (Travelling ke Kalsel - Part 7)

#119# "TRAVELLING" KE KALIMANTAN SELATAN (Part 2 - Rainy's Day Literari Festival)

#117# DIBANGUNIN SAMA BANTAL