Sahabatku Izul

Mengenalnya pertama kali lewat social media. Sosok anak muda yang cinta dengan agama dan bersemangat  dalam belajar, sangat terlihat dari dirinya.

Terkadang kita tidak bisa menilai seseorang hanya melihat kebiasaannya memperlihatkan koleksi buku, atau melihat setiap status yang dia posting pada akun social media jenis facebook yang sedang trend saat itu, entahlah aku merasa apa yang ada dalam dirinya secara nyata, sama dengan yang ku lihat di beranda social media. 



“Usia boleh muda, tapi selalu saja memposting sesuatu hal yang sarat makna, apa yang sebenarnya ingin kamu sampaikan Zul?” Tanyaku suatu hari. Perbincangan kami bukan via ponsel, tapi lewat komentar-komentar status pada akun sosmed kami. Social media buatan Mark ini, memang memiliki fitur yang menarik bagi para netizen, sehingga masih tetap bertahan dan digandrungi hingga sekarang.



“Yah, saya cuma ingin menjadi orang yang bermanfaat mbak, mumpung masih hidup jika bukan dari sekarang, kapan lagi kita bisa menjadi layaknya matahari yang bermanfaat bagi semua makhluk, karena kita tidak akan tahu sampai kapan kita masih bisa melakukan itu semua”. Singkat tapi cukup membuat ku tertegun. Luar biasa kamu Zul, batinku.

Suntikan keempat lagi, setelah dua hari kemarin berkali-kali mendapat suntikan dari perawat, hmm, tetap semangat ya Izul. Suster, lebih berhati-hati ya dalam menyuntiknya, kemarin tangan saya berdarah lho, jangan sampai saya celaka dua kali hehehe. 




Postingan status yang terlihat di beranda membuat ku terkejut dan bertanya, Izul sakit?? Selama ini aku tak pernah tahu soal sakitnya. Sakit Kanker yang telah lama dia derita, memaksa dia harus terus menerima pengobatan secara rutin. Aku ingin sekali berkomentar di status yang dia posting. “Semangat Zul, cepat sehat,” sent. Semenit kemudian ku dapatkan notifikasi dari Izul. Amiin ya Rabb, makasih doa dan dukungannya mbak.

Tujuh oktober dua ribu tujuh belas, saat fitur di facebook memperlihatkan kenangan pada tanggal yang sama di tahun-tahun sebelumnya. Tiba-tiba aku teringat dengan sosok anak muda yang dulu pernah akrab denganku. “Eh apa kabarnya Izul ya, lama sekali tak ada komunikasi.” Sejak pertemananku di facebook bertambah, aku sampai lupa kalau dulu pernah punya teman di dunia maya yang cukup akrab.



Foto nisan yang terpahat nama seorang yang tidak asing, meluluhlantakkan perasaan hatiku. Sahabat lama ku telah tiada. Izul sudah dalam batas pertahanannya menghadapi sakitnya. Yang sangat membuatku miris hati, Izul telah meninggal dunia hampir setahun yang lalu, bahkan hampir dua tahun sekarang.

Ucapan-ucapan berbelasungkawa di dinding akun facebooknya, tak terasa membuatku mengalirkan air mata. Melihat foto-fotonya terakhir kali dengan kepala yang sudah tidak ada rambut lagi akibat kemoterapi, membuat tangisku malam ini semakin menjadi. Izul telah berpulang keharibaan Mu. Dia yang selalu menjaga interaksi dengan lawan jenisnya, Dia yang selalu menyampaikan kebaikan dalam tiap postingannya, yang selalu solider terhadap nasib umat muslim di luar negeri sekarang telah tiada.

Selamat jalan Adik, sahabat, dan teman dunia mayaku. Sulfiandi bin Abdul Rasyid. Semoga Allah menempatkanmu pada tempat terbaik di sisi Nya.

Komentar

  1. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu... Semoga Allah tempatkan di tempat terbaik di sisiNya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

#126# AKHIR PERJALANAN (Travelling ke Kalsel - Part 7)

#119# "TRAVELLING" KE KALIMANTAN SELATAN (Part 2 - Rainy's Day Literari Festival)

#117# DIBANGUNIN SAMA BANTAL