JAKA TINGKIR DAN PRABU DEWATA CENGKAR

Alkisah, zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan di pulau Jawa. Kerajaan itu bernama Medang Kamulan. Dipimpin oleh seorang raja yang pada awalnya dikenal sebagai raja yang bijaksana dan baik hati bernama Prabu Dewata Cengkar. Dikarenakan sebuah kesalahan kecil yang dilakukan oleh juru masak kerajaan, akhirnya membawa dampak buruk bagi rakyat selama bertahun-tahun. Saat itu seorang juru masak kerajaan sedang melakukan aktivitas memasak seperti biasa di dapur. Namun tanpa disadari, dia sedang berangan-angan tentang seorang gadis yang dia sukai. Karena sangat terlena dengan khayalannya tersebut, sampai tidak sadar dia memotong sendiri jari telunjuk sebelah kirinya.

“Aaargh, kurang ajar, gara-gara memikirkan dia, sampai-sampai jariku luka.” Juru masak itu meringis kesakitan. Entah disadari atau tidak, sebagian jari yang telah terpotong tadi, rupanya terikut dalam sayuran di kuali yang sedang dia masak. Namun, tetap saja sang juru masak sama sekali tidak tahu. Disitulah awal mula keburukan melanda kerajaan Medang Kamulan selama bertahun-tahun.

“Silakan dinikmati makan siangnya Paduka Prabu.” Ujar juru masak tersebut. Selang beberapa waktu prabu Dewata Cengkar terlihat makan dengan sangat lahap. Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu yang aneh masuk dalam makanan yang dia santap. “Apa ini, rasanya enak sekali, aku belum pernah merasakan daging seenak ini.” Karena penasaran sang Prabu mencoba mengeluarkan sisa makanan yang menurutnya tidak biasa itu. Sejenak kemudian dia tertegun. Memperhatikan sisa makanan yang sudah dikeluarkan dari mulutnya. Tulang apa ini, bentuknya seperti potongan jari tangan.

Beberapa hari ini, sang prabu selalu melamun. Telah ada ide gila yang berseliweran di kepalanya. Rupanya daging manusia itu enak dan lezat juga ya, bagaimana seandainya makanan yang kumakan adalah daging manusia. Ia bergumam. GILA.

“Ampun panglima, jangan ambil anak saya, dia baru saja dilahirkan beberapa hari yang lalu, hamba mohon panglima…” Tangisan rakyat jelata terdengar sangat menyayat hati. Sekarang kondisi kerajaan Medang Kamulan sudah sangat memprihatinkan. “Hobi” baru sang prabu memakan daging manusia sudah sangat meresahkan warga. Sudah banyak rakyat jelata yang menjadi korbannya. Dimulai dengan para rakyat yang masuk didalam penjara kerajaan. Hingga akhirnya rakyat di luaran yang menjadi korban santapan sang prabu.

Perihal berita ini, sampai juga di telinga seorang pemuda bernama Jaka Tingkir. Yang dikenal sebagai sosok seorang pemuda yang baik hati. Keprihatinan terhadap nasib rakyat di Medang Kamulan, membuatnya mengambil sikap ingin menghentikan kebiasaan sang Prabu. Suatu waktu ia menemui sang Prabu di Istana Medang Kamulan.

“Jadi kau yang bernama Jaka Tingkir, yang selama ini telah mengganggu tugas dari para punggawa kerajaan dalam mencari rakyat untuk jadi korban santapanku? Berani sekali kau ya!” Sang prabu begitu marahnya kepadanya.

“Hentikanlah kebiasaan burukmu Prabu Dewata Cengkar, kalau tidak aku akan menghentikanmu.” Ancam Jaka Tingkir. Tak berapa lama kemudian, pertempuran terjadi dengan sangat dahsyat. Sang Prabu berubah menjadi seekor Buaya Putih yang sangat besar, dia telah menantang Jaka Tingkir untuk bertempur di Laut yang luas, disaksikan para rakyat yang penasaran, siapa yang akan menjadi pemenangnya. Jaka Tingkir merubah dirinya menjadi seekor Ular raksasa yang sangat besar, dan dengan kekuatannya melilit buaya putih raksasa itu dan akhirnya mati.

Rakyat pun bersorak dengan gembira. Mereka membayangkan sebentar lagi kebahagiaan dan kedamaian akan mereka rasakan kembali. Mereka mengangkat Jaka Tingkir sebagai seorang Prabu di Medang Kamulan. Di bawah kepemimpinan Jaka Tingkir, Medang Kamulan menjadi Kerajaan yang maju dan makmur. Hingga suatu hari kejadian buruk terjadi lagi.

Kesalahan seorang Juru masak kerajaan terdahulu, telah membuat rakyat menderita selama bertahun-tahun. Seolah seperti mimpi buruk, seorang juru masak kerajaan kembali melakukan kesalahan. Akibat berangan-angan saat memasak, tak sadar jari tangannya terpotong dan tak sengaja masuk ke dalam kuali yang berisi makanan yang sedang dimasak olehnya. Seperti kejadian bertahun - tahun sebelumnya, Prabu Jaka Tingkir secara tak sengaja kembali memakan potongan jari tangan milik sang juru masak. Seolah seperti termakan sumpah, rakyat Medang Kamulan kembali dihadapi kenyataan, bahwa prabu mereka adalah seorang pemimpin yang gemar memakan daging manusia. Inilah akibat dari kelalaian seseorang sehingga membawa kerugian bagi banyak orang. Lakukanlah segala sesuatu dengan keseriusan dan kesungguhan, karena jika tidak akan membawa kerugian yang amat besar bagi orang lain. Hanya karena ketidakseriusan seorang juru masak dalam bekerja, membawa kesengsaraan kepada rakyat Medang Kamulan.

Pic : Mediakita.com

Komentar

  1. Hihihi aslinya sih Jaka Tingkir nya gak makan manusia @zeela Zeal. Wkkwkw. Zaman masih kecil papa saya suka membelikan buku cerita rakyat, dan cerita Jaka Tingkir ini saya favoritkan tapi sy takut karena cover depan nya seram sekali, gambar ular raksasa sedang melilit buaya. Hihihi terima kasih dah mampir ya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

#126# AKHIR PERJALANAN (Travelling ke Kalsel - Part 7)

#119# "TRAVELLING" KE KALIMANTAN SELATAN (Part 2 - Rainy's Day Literari Festival)

#117# DIBANGUNIN SAMA BANTAL