I'm Single and I'm Happy

Wahai Allah…
Doaku tak akan pernah putus, Pintaku tak akan pernah lelah, sampai Kau memberikan kebaikan itu dengan segera. Menjawab semua tanya yang ada, walau harus kubayar dengan air mata, hingga di sampingku nantinya akan ada yang menjadi imam dan mengantarkanku ke Syurga-Mu yang mulia…

“Lagi dan lagi. Mungkin memang Allah belum berkenan jika saya merubah status menjadi seorang isteri dari seorang laki-laki mbak. Hehehe,” seperti biasa aku mencurahkan apa yang aku rasakan kepada seorang kawan yang selalu setia mendengar keluhan dan cerita-ceritaku. Mbak Puji memang orang yang selalu menjadi korban kegalauanku. Hehehe, bahasa ku agak lebay ah, gak juga galau kok. Hanya mendramatisir saja.

“Hehehe, jangan menyerah dan tetap bersabar saja Fa, Allah lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba Nya, daripada dirinya sendiri, ingat Fa, ketetapan Allah luar biasa kebaikannya.” Mbak Puji selalu menjadi penenang.

Itulah, untuk yang kesekian, usahaku mencari seorang pasangan hidup belum juga berhasil. Kalau dihitung-hitung ini sudah masuk kali ke tiga aku ikhtiar mencari pasangan hidup. Dulu saat pertama aku masih di perantauan, berkenalan dengan seorang pemuda asli daerah sana. Waktu itu dia menerangkan maksud baiknya terhadapku. Aku pun sudah membicarakan kepada orang tua di kampung, mereka cukup terbuka menerima niat baik itu.
Seiring perjalanan waktu, jika Allah tidak mengizinkan kita untuk berjodoh dengan seseorang, ada saja caranya menggagalkan. Aku dipindah tugaskan kembali ke daerah asalku, disaat itu pula aku merasa Allah menjauhkanku dengannya. Berakhirlah sudah hubungan itu.

***

Tidak terasa, 2 tahun berlalu sejak kepulanganku kembali ke kampung halaman dan bertugas disini. Aku masih sendiri. Sudah banyak yang menanyakan perihal kesendirianku. Yang bisa kulakukan hanya senyum dan menjawab dengan bijak. “Sepertinya Allah masih mempercayakan saya untuk sendiri dulu, mohon do’a nya saja biar disegerakan.” Ucapku.

Kesendirian ini tidak begitu saja aku lewati dengan kesia-siaan. Alhamdulillah aku tidak hanya disibukkan dengan pekerjaan, namun sekarang aku bisa melanjutkan kuliah yang sempat tertunda empat tahun yang lalu.

Terkadang dalam keheningan malam, aku merenungi kesendirian ini, ternyata gagal menikah kemarin, aku malah merasa lebih banyak dapat kebaikannya. Siapa sangka aku bisa mendapat kesempatan kuliah lagi, lalu aku juga bisa dekat lagi dengan keluarga di kampung karena sekarang sudah dipindah tugaskan. Ternyata benar, rahasia Allah indah dan menakjubkan.

***

“Fa, jangan lupa ya liqo kita besok, oiya kamu mau gak ikutan olahraga bela diri muslimah, mbak ada di tag di facebook mbak, sepertinya menarik Fa, kita ikut yuk,” sapa mbak Puji suatu hari.
Hmm, olahraga bela diri muslimah, terasa asing di telingaku, setahuku olahraga bela diri ya bisa dilakukan oleh siapa saja, tapi kok seperti ada pengkhususan untuk muslimah. Akhirnya aku ikuti kegiatan itu. Seiring waktu sekarang berlatih bela diri di komunitas itu menjadi salah satu kegiatan rutin setiap minggu. Semakin lama aku rasakan semakin berwarna saja kehidupanku.

“Mbak Puji, saya mau kasih lihat sama mbak tentang buku saya, sekarang saya sedang menggeluti dunia kepenulisan lho mbak, ini ada buku pertama saya, hehehe, walaupun bentuknya masih antologi dan hanya satu cerita saya yang disana, tapi saya cukup senang mbak.” Dengan bangga aku memperlihatkan sebuah buku pertama yang mana dibuku itu ada namaku tercantum sebagai kontributornya, wah akhirnya aku punya sebuah buku. Nikmat mana lagi yang aku dustakan ya Rabb..

Sedikit demi sedikit, buku-buku antologiku semakin bertambah, karena seringnya aku mengikuti event-event kepenulisan, dan Alhamdulillah ternyata lagi dan lagi Allah memperlihatkan sebuah kebaikan bagiku. Dalam kesendirian aku bisa berkarya di bidang yang lain. Dunia literasi sebenarnya bukan hal yang baru bagiku. Sejak kecil aku terbiasa menulis diary sebelum tidur, tetapi aku tidak pernah menyangka jika sekarang aku benar-benar mewujudkan menjadi seorang penulis.

“Mbak Puji, kau mau tahu mbak apa mimpi besar saya saat ini?” tanyaku suatu hari kepada mbak Puji.
“Memangnya apa yang kamu impikan Fa?” Jawabnya.
“Saya bermimpi suatu saat di sebuah toko buku besar seperti Gramedia akan ada nama saya terpampang disana. Saya ingin menjadi seorang penulis mbak seperti penulis idola saya Bunda Asma Nadia ,heheh.” Jawabku sekenanya. Diiringi dengan sepenggal do’a yang keluar dari mulut mbak Puji. Aamiin ya Rabb.

Itulah sebagian mimpi-mimpi yang sudah aku gapai, Alhamdulillah tiada kata yang lebih indah dari kata syukur yang pantas dipanjatkan kepada Allah swt, yang selalu memberi kebaikan diantara ujian dan cobaan buat hamba Nya.
Kuliah, Komunitas Bela diri muslimah, menulis, sekarang sudah menjadi bagian dari kehidupanku sekarang ini. Yang kurasakan semakin banyak ilmu yang aku peroleh, dan yang tidak bisa dipungkiri ukhuwah dengan sesama menjadi semakin banyak, hingga akhirnya aku dipertemukan kembali dengan seorang pemuda.

***

Suatu hari tanpa kesengajaan aku bertemu dengan seorang pemuda yang aku kenal karena sama-sama kuliah di universitas yang sama. Kami berteman baik, namun suatu hari aku merasakan ada perhatian beda darinya terhadapku. Aku utarakan apa yang aku rasakan kepada Mbak Puji dan beberapa teman. Semua menyimpulkan bahwa pemuda itu memiliki ketertarikan dengan ku.

“Ah, bagaimana bisa mbak Puji berfikir kalau dia menyukai saya, benar sih mbak selama ini saya akrab sama dia, namun saya rasa hanya sebatas pertemanan saja.” Diskusi kembali terjadi.
“Bagaimana aku tidak berfikir seperti itu Fa, lihat saja dari bahasa yang dia tuangkan lewat BBM (Black berry masengger). Aku rasa kamu harus berhati-hati Fa, maksud ku kamu bisa menanyakan padanya apa alasan dia selama ini selalu akrab denganmu.” Sepertinya mbak Puji khawatir akan kejadian ini.

“Baiklah mbak, saya lihat situasi dulu, sekira memang saya mendapatkan sinyal kalau dia memberi perhatian berlebih, saya akan langsung tanya saja maksudnya, heheh.” Jawabku menenangkan mbak Puji. Aku rasa wajar mbak Puji khawatir karena selama ini dia sangat mengerti dengan apa yang aku alami, dia tidak ingin aku kecewa untuk yang kesekian kalinya, ah mbak Puji, kamu memang sudah seperti kakak perempuanku sendiri. Begitu sayang padaku.

Lama-lama aku kefikiran juga dengan apa yang dikatakan mbak Puji, akhirnya aku memutuskan meminta petunjuk kepada Allah. Aku mendirikan sholat malam dan tidak lupa beristikharah meminta petunjuk. Agar Allah buka semua apa sebenarnya maksud dari perhatian pemuda itu selama ini.
Tiga hari setelah melakukan istikharah, aku merasa mendapatkan tanda yang positif. Setiap selesai beristikharah, ketika melanjutkan tilawah, entah kenapa selalu saja aku membaca ayat Alqur’an yang menceritakan tentang pernikahan, penciptaan makhluk laki-laki dan perempuan secara berpasangan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan itu.

“Mbak Puji, kok beberapa hari setelah saya istikharah, seolah tanda-tanda yang diberi Allah menunjukkan ke arah menikah ya? Apa ini berarti Allah ingin memberi tahu saya bahwa dia adalah jodoh saya?” tanyaku suatu hari.
“Hmm, bisa iya bisa juga tidak Fa, terus saja kamu istikharahnya, insya Allah akan ada petunjuk juga nanti.” Aku turuti nasehat mbak Puji buatku.
***
“Assalamualaikum mbak, apa kabarnya?” tanya seorang pemuda yang sudah sangat aku kenal. Ya itu dia seorang pemuda yang dicurigai oleh beberapa orang kawan memiliki perasaan khusus padaku.
“Waalaikumsalam mas, Alhamdulillah baik, mas gimana kabarnya?, tumben nih sms, ada berita apa ya? Hehehe, mau menikah ya?” tanyaku iseng saat itu, karena aku sendiri juga bingung mau menjawab apa.
“Lho, mbak Fa ini luar biasa, kok tahu niat saya, heheh iya mbak saya mau mengabarkan kalau saya mau menikah minggu depan.” Sms masuk di HP ku.
Serasa mendengar halilintar di siang bolong, sungguh kaget bukan kepalang, tuh khan benar, semua hanya prasangka kawan-kawanku semata. Untungnya, aku masih bisa bertahan untuk tidak menyerahkan seluruhnya perasaan ku kepadanya. Kecewa?? Pasti ada secara aku seorang perempuan, selalu bermain dengan perasaan.
“Oh iya, Barakallah, saya turut senang mendengarnya, saya doakan semoga diberi kelancaran hingga hari akad dan seterusnya bisa menjadi keluarga sakinah, mawaddah warahmah, aamiin.” Ku balas SMS itu dengan kalimat do’a.

Ikhlas kah aku mendoakannya? Insya Allah ikhlas. Bukankah pernah ada sebuah riwayat, jika kamu mendoakan kebaikan untuk saudaramu, maka malaikat akan berkata “kebaikan itu untukmu juga”.
Aku tetap bahagia dengan kesendirianku saat ini. Aku tidak sendiri, masih banyak diluar sana yang juga merasakan hal yang sama. Lebih baik terus memperbaiki diri, membaguskan akhlak, bukankah jodoh adalah cerminan diri. Bagaimana kamu, seperti itulah jodohmu.

Sekarang dalam do’a, yang kupanjatkan adalah biar Allah saja yang memilihkan siapa yang akan menjadi pendamping hidupku. Manusia boleh dan bebas memilih, tapi bisa salah, namun Allah tidak pernah salah memberi. I’m single n I’m Happy.. Alhamdulillah. 


Pic : My Collection

Cerpen ini pernah dibukukan dalam project Antologi Bersama hasil event yang diadakan salah satu penerbit Indie. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#126# AKHIR PERJALANAN (Travelling ke Kalsel - Part 7)

#119# "TRAVELLING" KE KALIMANTAN SELATAN (Part 2 - Rainy's Day Literari Festival)

#117# DIBANGUNIN SAMA BANTAL