#116# RAINA'S RAIN (Part12)
Sepertinya aku kembali melakukan kesalahan. Aku menyadari kekeliruanku, memaksanya untuk bercerita sesuatu yang sudah sangat jelas aku tahu penyebabnya adalah keputusan yang bodoh. Sama saja aku membuka luka. Melihat wajahnya kembali murung, aku mencoba membalikkan suasana. “haha, sudah tak usah difikirkan, ayo kita bertanding basket, mumpung yang lain belum datang, ayo..” aku mencoba mengalihkan. Tiba-tiba dia mendekat padaku dan memegang tanganku dengan sangat erat. Membawaku ke suatu tempat tanpa menjelaskan apapun. “Jadi kamu mau aku bisa jujur terhadap apa yang telah terjadi selama ini, kenapa aku menghindar, dan menjauh darimu.” Dia menatapku dalam. Tuhan, pandangan matanya begitu tajam. Jantungku berdegup kencang. Aku hanya bisa mengangguk, menunjukkan kalau aku ingin tahu apa yang telah terjadi. Seketika bunyi gemuruh Guntur terdengar. Hujan seketika turun dengan tiba-tiba. Kami basah berdua. Tak beranjak. Kami masih saling bertatap. Kami tak sadar jika kami sekarang ...