#167# BUKBER MEMBAWA BERKAH
Bulan Ramadhan
beberapa tahun lalu bisa dibilang membawa berkah buat kehidupan Hesti dan
Hafiz. Berawal dari agenda bukber sebuah komunitas yang mereka ikuti, akhirnya
menjadi jalan bagi kehidupan mereka untuk bersepakat membangun kehidupan bersama.
“Fiz,
bakal hadir kan di agenda bukber besok sore? Jangan lupa ya.” Sapa Rendi kepada
Hafiz sahabatnya. Sejak bergabung dalam komunitas pecinta nasyid dan musik
melayu, Hafiz memang disibukkan dengan padatnya agenda keluar kota. Maklum
saja, sebagai ketua departemen humas komunitas pecinta nasyid dan musik melayu,
sudah semestinya Hafiz menjadi orang yang akan selalu muncul dimanapun kegiatan
ini dilaksanakan.
“Insya
allah, akan aku sempatkan. Tapi mungkin agak telat ya, karena ada sesuatu yang
harus aku selesaikan dalam beberapa waktu. Aku pamit dulu ya Ren,
Assalamualaikum.” Hafiz tampak terburu-buru hendak pergi ke suatu tempat.
Sikap
terburu-buru tentulah bukan hal yang baik. Karena begitu terburu-burunya Hafiz,
sampai-sampai ia tak sadar ada seseorang yang lewat di depannya. Gubraaak..
Semua dokumen yang ada di tangannya terhambur begitu saja.
“Aduuh,
maaf mba, saya gak sengaja. Saya benar-benar minta maaf karena terburu-buru.”
Hafiz tidak enak hati, karena ternyata telah menabrak seorang gadis yang juga
membawa berkas-berkas yang begitu banyak.
“Tidak
apa-apa, saya juga minta maaf. Saya juga kurang berhati-hati.” Gadis itu masih
sibuk dengan berkas-berkas yang terlepas. “Kalau begitu saya permisi.” Gadis
itu berlalu pergi. Hafiz juga bersegera menuju tempat yang akan ia datangi hari
itu.
***
“Dimana
berkas penting itu tadi, astagfirullah. Apa mungkin tercecer. Tapi dimana. Itu
berkas yang sangat penting.” Hafiz grasak
grusuk mencari sesuatu. Membuat Rendi bingung dan penasaran.
“Memang
apa yang kamu cari Fiz? Apa yang hilang?” Tanya Rendi.
“Itu
selembar cek untuk membayar pengisi acara untuk bukber besok. Kemarin ku dapat
dari Ust. Ridwan sebagai bantuan untuk membayar pengisi acara. Jumlahnya
lumayan Ren, kalau hilang bagaimana ini?” Rendi jadi ikut khawatir, dan mulai
membantu Hafiz. “Mudahan masih rezeki ku Ya Allah.” Hafiz membatin.
***
“Mba Hesti
besok jadi kan ikut ke acara bukber komunitas saya?? Ikutlah biar punya kawan-kawan
baru. Lagian kan mba baru datang di kota ini, lebih baik mencari teman yang
banyak, sambung silaturahim. Hmm, siapa tau ketemu jodoh, hihi.” Fara menggoda
sahabatnya itu. Disambut gelak tawa Hesti mengiyakan tawarannya.
Lelah
seharian ini membuat Hesti merebahkan diri di kamar. Memang orang bilang, obat
lelah adalah merefreshkan diri, dan akan menjadi obat yang sangat manjur.
Tiba-tiba Hesti teringat dengan berkas-berkas ujian masuk universitas yang harus
diantarkan besok. Hesti kembali memeriksa setumpuk berkas yang ada di meja.
Lembar demi lembar berkas dia periksa, dan kemudian terkejut dengan satu buah
amplop coklat bertuliskan Muhammad Hafiz (Ketua
Humas Komunitas Pecinta Nasyid dan Musik Melayu, Yogyakarta) HP. 081357891354
“Kok
bisa ada disini. Masya Allah, ini pasti punya mas yang tadi ketabrak sama aku
deh. Rupanya berkasnya terikut dengan berkas-berkas ini. Ya udah ntar aku
balikin deh.” Hesti membatin. Berniat untuk mengambalikan amplop coklat yang
dicurigai adalah milik dari seorang pemuda yang ia tabrak, Hesti menceritakan
hal ini kepada Fara.
“Jadi
ini amplop yang mba Hesti ceritakan kepada Fara tadi ya. Ini ada namanya mba.
Ehh, tapi kok…” Fara tiba-tiba terdiam. Hesti bingung dan jadi penasaran akan
sikap Fara.
“Kenapa
dek? Fara kenal dengan Muhammad Hafiz itu?” tanya Hesti kepada Fara.
Fara
memang mencurigai perihal nama yang tertulis di amplop tersebut. Fara mengambil
Handphone dan sepertinya mengecek nomor yang tertera. “Masya Allah kak, ini
Hafiz kakak tingkat Fara di kampus, dan ini benar nomor teleponnya.” Fara memperlihatkan
kepada Hesti. Alhamdulillah, kalau begitu besok saja sekalian kita kembalikan
langsung kak, insya allah besok beliau hadir di agenda itu. Kakak simpan aja
dulu ya amplopnya.” Hesti mengiyakan saran Fara.
***
Hari H
yang ditunggu telah tiba. Namun Hafiz masih menampakkan wajah yang murung dan
khawatir yang begitu dalam. Rendi sahabatnya seolah tak tega membiarkannya demikian.
“Fiz,
apa gak lebih baik kita ceritakan kepada teman-teman perihal musibah yang kamu
alami kemarin? Masa iya kamu tanggung sendiri?” Rendi mencoba memberi solusi.
“Gak
usah Ren, biarkan saja lah. Aku gak enak. Soale aku gak mau dianggap macam-macam.
Meskipun aku tau teman-teman tidak akan berfikir apa-apa, Cuma ya ini sudah
jadi tanggung jawabku. Ini kelalaian ku.” Hafiz mencoba ikhlas, menerima
kanyataan bahwa memang dia mau tidak mau harus mengganti sejumlah uang yang tertera
dalam cek tersebut.
“Assalamualaikum,
kak Hafiz, ini fara. Kakak ada dimana? Bisa ketemu sebentar?” Fara menghubungi
Hafiz via pesan whatsapp.
“Waalaikumsalam
wr wb, iya Ra, kakak ada di belakang panggung ini lagi persiapan, kesini aja
gak apa-apa.” Hafiz membalas pesan whatssapp
yang dikirim oleh Fara.
***
“Maaf
kakak, fara mengganggu. Ada yang mau Fara bicarakan. Jadi begini kak, kemarin
ada teman Fara menemukan sebuah amplop bertuliskan nama Kakak. Apa benar ini
milik Kakak?” Fara mengeluarkan amplop coklat, seketika Hafiz terlihat
berbinar.
“Masya
Allah, benar Fara ini milik kakak. Dimana kamu menemukannya?” Hafiz penasaran.
“Bukan
Fara kak yang menemukannya, tapi teman Fara, namanya mba Hesti. Ada tuh
orangnya di luar, kakak mau ketemu kah?” Fara menawarkan Hafiz untuk bertemu
Hesti, tentu saja Hafiz menyetujui.
“Oh
jadi mba yang menemukan amplop ini?? Kalau boleh tau dimana mba menemukannya?
Ini amplop yang sangat penting buat saya mba. Di dalam amplop ini ada cek
dengan jumlah uang yang lumayan besar untuk membayar pengisi acara kegiatan
bukber kita hari ini mba, saya sempat bingung sekali karena kehilangan ini”
Hafiz menjelaskan perihal amplop tersebut.
“Saya
minta maaf mas Hafiz, rupanya kemarin saat kita bertabrakan, amplop ini terikut
dalam berkas yang saya bereskan. Saya minta maaf sekali sudah membuat mas Hafiz
jadi khawatir dan kebingungan. Seharusnya sejak kemarin saya sudah menghubungi
mas dan mengembalikan pada mas. Awalnya saya mau berbuat demikian, tapi Fara
bilang kemungkinan Mas Hafiz bakal saya temui di acara bukber hari ini.” Hesti
menjelaskan panjang lebar kepada Hafiz
“Ya
gak apa-apa mba, sudah ketemu aja saya alhamdulillah banget, terima kasih
banyak ya mba Hesti, Fara juga.” Hafiz berterima kasih atas segala kebaikan
Hesti. “Nah, sepertinya acara sudah mau mulai, yuk kita segera berkumpul ke
aula.” Hafiz mengajak Fara dan Hesti menuju Aula.
***
“Gak
nyangka ya, dari bukber waktu itu ternyata adalah awal kehidupan kita bersama.
Bukber yang membawa berkah. Benar kata Fara, perbanyaklah silaturahim dan
pergaulan, mana tau dari itu semua ternyata ada maksud Allah mempertemukan kita
berdua. Bukber membawa berkah, hehe” Hesti mengingat kembali memori 2 tahun
yang lalu saat pertemuan antara dirinya dan Hafiz, hingga akhirnya mereka
berdua memutuskan untuk bersama-sama berkomitmen membangun rumah tangga.
Benar
kata orang, Jodohmu bisa jadi adalah temannya temanmu, bisa jadi saudaranya
temanmu, dan siapapun Hesti, Hafiz adalah seseorang yang memang sudah tercatat
namanya di Lauhul Mahfudz sebagai pendamping baginya.
#RWC #DAY16 #ODOP
Komentar
Posting Komentar