#159# SIROP SEPEDA
Kinar masih
terduduk di atas meja makan dengan sorot mata yang tak sedikit pun bergeser
dari gelas tinggi kaca bening, yang di dalamnya terlihat campuran buah
warna-warni yang semakin menambah semarak “penghuni” gelas. Hatinya membatin
dan fikirannya sudah kesana kemari.
Hmm, Aduh segar pisan ini mah es sirop ya,
apalagi ada buah-buah itu. Ia pun meneguk liur.
“Hayo, lagi
ngayal ya, aduh dede Kinar, kudu tahan atuh sebentar lagi, hihi.” Teh Yani
terkekeh melihat kelakuan adik bungsunya Kinar. Ya, ini tahun pertama Kinar
belajar puasa. Usia yang baru menginjak 6 tahun, Kinar memang sudah diajarkan
berpuasa oleh teteh nya. Dengan di iming-imingi
sepeda baru, Kinar meyakinkan teteh Yani bakal menyelesaikan puasa nya satu
bulan penuh.
“Teh, Kinar haus
pisan, boleh nteu Kinar cobain itu siropnya?” dengan mimik wajah merayu ia
terus membujuk teh Yani supaya diperbolehkan menyantap sedikit sirop buah yang
memang sangat menggoda itu.
“Hmm, emangnya
Kinar Haus banget ya?? Gak mau di tahan atuh demi sepeda baru?? Hehe, mendingan
Kinar bobo aja, biar ntar pas bangun, udah gak kepengen lagi sama siropnya,
hihi” Teh Yani masih mencoba membujuknya. Sebenarnya ada rasa kasihan terhadap
adik bungsunya itu, tapi gak apa-apa lah demi kebaikan. Mengajarkan kebaikan
emang perlu sedikit pemaksaan. Kalau
Kinar ternyata beneran gak tahan, ya udah boleh dibatalin aja. Teh Yani
membatin.
Selang beberapa menit kemudian, Kinar pun terkekeh,
dia tersipu malu “Hmm, iya deh teh, Kinar bobo aja biar gak ingat sama sirop nya. Mudahan ntar Kinar beneran dapat sepeda
baru” Kinar pun berlalu pergi sambil terdengar komat kamit bibirnya berulang-ulang menyebut dua kata “SIROP SEPEDA”. Ahh, Kinar aya-aya wae.
#RWC
#Day2
#OneDayOnePost
Komentar
Posting Komentar