#121# My First Love

Waah, ini tantangan menulis paling berat bagi saya. Mengisahkan dan menyajikan tulisan dengan tema cinta pertama. Saya tidak tahu sejak kapan saya mengenal cinta. Yang jelas ketika bersamanya saya selalu merasa bahagia. Saya selalu merasakan kenyamanan. Saya memberi kepercayaan besar terhadapnya. 

Pic : Zariey-sikdewa.blogspot.com

Sejak saya masih kecil, dia yang selalu menjadi tempat bertanya saya. Dia yang selalu menjadi orang yang akan mendengar segala keluh kesah saya saat saya mendapat kesulitan di sekolah. Dia yang mengajarkan kepada saya pertama kali huruf Hijaiyah lewat sebuah buku yang kami sebut “alif-an”. 

Dia juga yang pertama kali menempelkan Sebuah karton lebar yang didalamnya ada huruf dari A sampai Z, dan Juga angka 1 sampai 9 dan ditempelkan di dinding dekat jendela dan mengajarkan kepada saya tentang huruf dan angka itu sehabis magrib. 

Ketika saya lulus Sekolah Menengah Tingkat Pertama, dan mendapatkan nilai ujian akhir yang sangat memuaskan, dia pula yang saya ajak berdiskusi akan melanjutkan kemana sekolah saya. Dengan bijaksananya, dia mengajak saya berdiskusi. “Kalau mba melanjutkan sekolah di SMK, mba akan dapat pelajaran praktek kerja, dan akan ada kesempatan kerja di kantor karena sudah memiliki keahlian dan pengalaman soal perkantoran, namun jika mba melanjutkan ke SMA, tentu mba harus kuliah. Sedangkan kuliah butuh biaya, tetapi ada lho kuliah gratis dari pemerintah, tapi syaratnya mba harus masuk jurusan IPA, karena disana hanya menerima anak-anak IPA..” Panjang sekali diskusi kami waktu itu, sampai akhirnya saya memutuskan melanjutkan sekolah di SMA dan benar-benar belajar agar bisa mengikuti ujian di sekolah “gratis” itu.

Ketika saya gagal masuk sekolah “gratis” yang saya mau, lalu kemudian saya menyerah untuk tidak kuliah karena memikirkan biaya kuliah, dia pula yang menghibur dan membangkitkan semangat saya dengan sebuah kalimat pendek tapi dalam “Biaya kuliah urusan kami yang memikirkan, karena ingin sekali rasanya bisa berfoto wisuda dengan mba”. 

Saat saya berhasil lulus dalam tes pegawai negeri, dan harus ditempatkan jauh di ujung utara pulau Kalimantan, dekat dengan perbatasan Malaysia. Saat itu merasa “galau” apa akan diambil kesempatan ini atau tidak. Dia hadir dengan sangat bijak memberi saya masukan. “Terserah mau diambil apa tidak, Posisikan saja mba adalah orang yang beruntung diantara ratusan orang yang mendaftar dan mba berhasil menjadi salah satu yang lulus”. Akhirnya dengan ridhonya, saya ambil kesempatan itu. Saya merantau di usia 19 Tahun.

Dia yang menghadiahi saya sebuah puisi tulisan tangannya yang khas (tulisan bersambung, sama seperti tulisan saya). Yang kemudian saya sadari darimana kesenangan saya berpuisi kalau tidak darinya.

Saat ada seorang laki-laki memiliki niat baik terhadap diri saya (saat saya di perantauan), dialah orang pertama yang saya beritahu perihal itu. Dia hanya berpesan agar saya menjaga diri dengan baik. Menjaga kehormatan sebagai seorang perempuan. 

Saat beberapa tahun belakangan, saya sakit asma dan sering kambuh, dia menjadi bagian dari orang-orang yang saya repotkan. Pernah terucap dari bibirnya, seandainya bisa dipindahkan saja sakitnya kepada dirinya. 

Saat saya berhasil mewujudkan mimpinya, menyelesaikan kuliah dan di wisuda, ada kebanggaan dan rasa haru terpancar dari wajahnya. Dari sudut gedung dimana dia duduk dan turut hadir, dia memberikan jempolnya sesaat setelah saya menerima medali dan ijazah. 

Satu doa yang selalu saya panjatkan kepada Nya. Saya ingin suatu saat tanggung jawab terhadap diri saya, akan dia serahkan sendiri kepada seorang lelaki yang kelak dipilihkan Allah untuk saya. Yang dia percayakan atas dasar istikharah yang telah ia lakukan. Semoga kelak Allah kabulkan.

Saya tahu, apa yang  saya dapat sampai saat ini, tak lepas dari doa-doa yang dia panjatkan. Dia menjadi bagian dari penyebab keberhasilan saya pribadi. Dia adalah cinta pertama. Seorang ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Dialah Papah. 

Mamah adalah Syurga, dan Papah adalah cinta pertama. 



“AYAH”

Adalah orang yang mencintai kita dalam diam,

Adalah orang yang tak pandai menangis saat bersedih,

Juga orang yang selalu mengerti akan hati pada saat yang lain tidak memahami

#tantanganODOP5 #cintapertama

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

#126# AKHIR PERJALANAN (Travelling ke Kalsel - Part 7)

#119# "TRAVELLING" KE KALIMANTAN SELATAN (Part 2 - Rainy's Day Literari Festival)

#117# DIBANGUNIN SAMA BANTAL