#124# KULINERAN YUK (Travelling Ke Kalsel - Part 5)
Hei..hei,
cerita selama di Kalimantan Selatan gak hanya seputar RDF aja. Saya juga
melakukan perjalanan ke beberapa tempat disana. Nah pada hari pertama saat kami
baru tiba di Banjarbaru, kami bertiga memutuskan untuk melakukan perjalanan
sendiri, karena pada saat itu kegiatan belum berlangsung secara resmi (belum
opening, sehingga kami masih ada waktu bebas). Akhirnya kami bertiga melakukan
perjalanan ke Martapura dengan menggunakan jasa Grab (di Kalsel sudah ada lho).
Sebuah daerah yang sangat terkenal di Kalimantan Selatan. Rasa-rasanya gak
afdhal kalau ke Kalsel gak mampir kesini.
Martapura
dikenal sebagai daerah penghasil Intan terbesar di dunia. Beragam pernak pernik
batu hiasan dapat dibawa sebagai cenderamata oleh para wisatawan baik lokal
maupun dari luar. Bentuknya beragam, ada kalung, gelang, bros wanita dll.
Selain dikenal sebagai kota penghasil intan, Martapura juga dikenal sebagai
kota santri. Di Kalimantan Selatan, juga banyak dikenal para pemuka agama Islam
(disini mereka disebut masyarakat dengan sebutan guru).
Pic: Di depan Mushalla Ar Raudah Sekumpul |
Pic: Di depan Mushalla Ar Raudah Sekumpul |
Daerah
“Sekumpul” adalah salah satu daerah yang sangat dikenal karena banyak terdapat
para ulama atau lebih sering disebut masyarakat dengan sebutan “guru Sekumpul”.
Setiap ke Kalsel, saya memang selalu berupaya menyempatkan diri untuk bisa
berziarah ke makam para ulama yang ada di Sekumpul. Entah kenapa, suasana di
Sekumpul selalu membuat saya merasa betah, mungkin karena lingkungannya adalah
lingkungan para santri. Kebetulan sekali, kedatangan kami bertepatan dengan
Bulan Maulid (penanggalan arab), sehingga akan banyak sekali ditemukan di
setiap masjid dan mushola-mushola diramaikan dengan perayaan maulid. Adalah hal
yang biasa mendengar suara gendang habsyi dan sholawat dimana-mana, karena bagi
masyarakat Banjar, bersholawat utamanya di Bulan Maulid adalah hal yang menjadi
kewajiban untuk dilakukan. Karena kecintaan seorang umat kepada rasulnya adalah
dengan seringnya ia bersholawat untuk nabi nya, untuk kekasihnya.
Tak
lengkap rasanya jika jalan-jalan ke suatu daerah tidak mencicipi makanan khas
daerah disana. Makanan khas Kalsel beragam jenis. Mulai dari makanan berat,
sampai camilan jenis kue atau disebut “wadai” oleh mereka. Nah, nasi kuning
adalah salah satu makanan khas orang Banjar. Sebuah panganan nasi yang berwarna
kuning (dimana warna kuning didapat dari campuran kunyit saat memasak),
dilengkapi dengan bumbu merah yang dicampur dengan beragam lauk. Di Kalsel
sangat terkenal dengan “Iwak Haruan” sebagai pelengkap nasi kuning. Sejenis
Ikan Gabus (di beberapa daerah menyebut ikan ini sebagai ikan Gabus) yang
memang sudah sejak lama dikenal khasiatnya bagi kesehatan, utamanya untuk
penyembuhan sehabis operasi. Bagi kami bertiga, nasi kuning sebenarnya bukan
hal yang special, karena di tempat kami di Kota Samarinda, nasi kuning juga
makanan yang sudah sangat banyak kami temui.
Bicara
tentang camilan, nah saya berburu camilan di pasar tradisionalnya. “Dodol”
adalah salah satu camilan yang menjadi khas di Kalsel. Makanan dari campuran
gula merah ini, disajikan dalam berbagai rasa, rasa original, kacang dll.
Bahkan saya cukup banyak membawa dodol untuk oleh-oleh buat orang rumah. Selain
dodol, ada satu makanan yang saya cari-cari keliling sampai ke beberapa tempat.
Namanya “Cingkaruk”. Nah saya tidak tahu dari bahan apa dibuatnya, yang jelas
saya suka memakannya sejak dulu. Satu makanan yang akhirnya tidak bisa saya
dapatkan yaitu “Gula Gait”. Sejenis panganan hisap (seperti permen) yang sangat
manis karena dibuat dari gula merah yang bentuknya seperti dipilin. Saya sangat
suka dengan panganan ini sejak kecil. Namun belum rezeki, sudah keliling pasar,
tidak ada satupun yang menjual.
Selain
makanan khas Kalsel, saya juga sempat mencicipi makanan di sebuah tempat makan
bernuansa arab, masih di daerah Martapura (Saat itu yang mengajak kami kesana,
adalah seorang kawan, sesaat sebelum kami berziarah kembali ke makam guru
Sekumpul). Rumah makan ini menyajikan makanan-makanan khas dari negara arab.
Nasi Briyani, Nasi Bukhari, dan Nasi Mandi adalah tiga dari makanan yang
menjadi andalan rumah makan ini. Saat mendengar namanya, iseng sempat saya
bertanya dengan salah satu penjualnya. “Apakah jika memakan nasi bukhari, maka
seketika kita akan menjadi pandai seperti Imam Bukhari sang penghafal hadits?”,
tentu saja pertanyaan saya membuat mereka tertawa. Mereka pun menjelaskan
tentang ketiga jenis nasi tersebut. Sederhananya, nasi itu dimasak dengan
campuran bumbu rempah yang sangat banyak. Disajikan dengan Daging ayam atau
kambing dan juga sapi yang dimasak seperti kare. Mulanya saya berfikir bahwa
nasi ini seperti nasi samin yang biasa saya makan di Samarinda. Saya juga
sempat memesan panganan bernama “Sambosakk”, yang ternyata kalau di Samarinda
seperti Pastel dengan isi sayuran di dalamnya.
Cerita
kita cukupkan dulu sementara ya, masih ada kisah penutup yang sayang banget
untuk dilewatkan. Tetap pantengin Blog ini ya.
#OneDayOnePost #YukNulis #Travelling #PesonaBorneo #PesonaIndonesia #Rainy’sDayFest
Pic : Nasi Briyani |
Pic : Sambosakk |
#OneDayOnePost #YukNulis #Travelling #PesonaBorneo #PesonaIndonesia #Rainy’sDayFest
Komentar
Posting Komentar