Aku Dan Episode Hidupku
Dalam perjalanan hidup kita selama ini,
tentu diwarnai beragam peristiwa menyenangkan, ataupun sebaliknya. Hidup laksana
puzzle yang tercerai berai, berantakan. Jika ingin hidup terasa manis dan
indah, tentu kita harus menyusun kepingan puzzle tersebut menjadi sebuah
kombinasi indah yang memiliki arti, selayaknya puzzle sesungguhnya. Terkadang hidup
terasa tidak lengkap jika tanpa diwarnai hal-hal demikian. Selama 30 tahun
kurang lebih saya menjadi seorang pribadi, tentu tak lepas dari
peristiwa-peristiwa yang juga turut menjadi kepingan puzzle dalam cerita
kehidupan saya.
Hal yang sangat berkesan terjadi dalam
beberapa tahun belakangan. Bermula sejak saya menderita sakit. Saya didiagnosa
menderita Asma Bronchiale, sebuah penyakit yang mengganggu saluran
pernafasan. Saat masih kecil, berdasarkan informasi dari orang tua, saya pernah
menderita penyakit paru-paru basah. Namun sampai usia dewasa saya dinyatakan
sehat. Sejak tahun 2014, kesehatan saya mulai menurun, sering mengalami
serangan sesak nafas. Dan hal itu sangat berpengaruh terhadap aktivitas
keseharian saya, sebagai seorang Aparatur Sipil Negara dan juga sebagai seorang
mahasiswa.
![]() |
Setelah Ujian Pendadaran (My Pic Collection) |
Ya, di usia yang ke 24 tahun, saya baru
bisa melanjutkan pendidikan tingkat Strata-1. Dikarenakan sejak tahun 2006,
saya mendapatkan tugas untuk bekerja di sebuah pulau kecil bernama Nunukan,
yang letaknya berada di ujung pulau Kalimantan, dan berbatasan langsung dengan Negara
tetangga Malaysia. Saat disana saya tidak bisa melanjutkan pendidikan,
dikarenakan tidak ada kampus yang sesuai dengan kebutuhan saya Di tahun 2010
saya kembali ditugaskan di kampung halaman di Samarinda, dan sekitar tahun 2011
itulah saya kembali melanjutkan pendidikan saya. Di saat menyusun skripsi,
disitulah ujian besar, saya terlampau sering kambuh, dan bolak-balik rumah
sakit menjadi kebiasaan rutin setiap bulan. Tidak terhitung sudah puluhan botol
cairan infus yang masuk ke badan saya. Terkadang saya merasa sangat sedih,
karena kejadian ini menghambat proses pendidikan saya.
Sedih, kecewa, merasa hancur. Semua menjadi
satu dalam diri saya. Saya merasa demikian, dikarenakan sakit itu merenggut
diri saya pribadi. Sebelum sakit, saya adalah sosok yang sangat aktif, menyenangi
kegiatan alam, dan senang melakukan camping di alam terbuka. Namun karena
sakit, semua kesenangan saya itu seketika sirna. Kegiatan olahraga saya pun
hilang seketika, karena seorang yang didiagnosa Asma Bronchiale, memiliki
daya tahan tubuh yang sangat lemah, tidak boleh terlalu capek. Skripsi saya
jadi terbengkalai hampir 1 tahun lebih. Aktivitas di kantor juga menjadi
terhambat. Karena kondisi saya, kepala kantor pun mengambil sebuah kebijakan
untuk memindahkan saya di ruangan paling bawah, dengan alasan “kasihan” jika saya harus naik turun
tangga. Saya jadi merasa menjadi seseorang yang dikasihani. Aah kenapa semua
ini bisa terjadi.
Itulah titik balik dimana saya menyadari
bahwa saya harus bergantung kepada yang Maha Segalanya. Saya memang punya
masalah besar, namun saya lupa, bahwa saya punya Tuhan yang Maha Besar. Hampir
1 tahun lebih saya berjuang untuk bangkit, menerima keadaan dan berusaha
menyelesaikan skripsi. Meski ada saat dimana ketika saya beraktivitas ke
kantor, di tangan saya tertempel jarum infus, membawa suntikan yang isinya
obat. Karena saya harus bangkit segera, tidak ingin menjadi orang yang lemah.
![]() |
Bersama Adik (My Pic Collection) |
Tanggal 31 Juli 2017, adalah hari yang
paling membahagiakan dalam hidup saya. Saya berhasil menyelesaikan tugas akhir
perkuliahan. Mendapatkan nilai A dalam ujian skrispi. Saya pernah menulis
sebuah cerpen dan Alhamdulillah dibukukan dalam kumpulan antologi bersama,
dimana bercerita tentang seorang anak yang menyelesaikan perkuliahan hanya
karena ingin mewujudkan mimpi sang ayah “ingin berfoto wisuda dengan anaknya”
Itulah mimpi kecil papah, lelaki yang menjadi penyebab saya ada di muka bumi
ini.
Mimpi
kecil itulah yang menjadi semangat saya untuk sembuh, dan bangkit. Semangat dari
teman-teman terdekat, dan tentu keluarga yang menjadi “moodboster” bagi saya untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang masih
banyak belum saya wujudkan. Di usia ke 30 tahun, lulus dari ujian skripsi
adalah kado terindah yang diberikan Ia sang pencipta. Terima kasih karena telah
memberi saya kesempatan untuk memberikan kebahagiaan bagi mereka, 2 orang
malaikat tak bersayap ku.
masyaallah..way to go mbak, semangat terus dalam mencari ilmu :D
BalasHapusAamiin insya Allah, yuk semangat mencari ilmu, terima kasih sudah mampir @bibanabila 😊
BalasHapus