#3# KEAJAIBAN ITU.. ADA DI SEKITAR KITA
Sahabat, pernah kah kita menyadari, sesungguhnya
diri kita saja adalah sebuah keajaiban, dari sebuah interaksi biologis yang
dibenarkan secara syar'i, kemudian menjadi segumpal darah, tulang-tulang dan
proses lain yang luar biasa ajaib, menunjukkan kalau kita adalah bagian dari
keajaiban itu sendiri.
Sahabat, segala hal yang kita rasakan, kita
alami, adalah keajaiban yang tergantung kita yang mempersepsikannya. Ketika
sesuatu itu dirasa baik buat kita, maka kita akan menganggapnya adalah
keajaiban yang positif, ketika dirasa membuat kita menjadi tidak enak hati,
barangkali itu adalah keajaiban yang biasa saja, bahkan mungkin akan dianggap
mengecewakan, padahal keajaiban biasanya adalah sesuatu yang tidak pernah
terbayang, tetapi terjadi, apakah baik atau buruk hasilnya tetap saja merupakan
keajaiban.
Suatu contoh, ketika di Indonesia matahari
bersinar, maka di bagian negara lain, sinar nya tidak dirasa, yang muncul
adalah bulan, muncul matahari adalah keajaiban, munculnya bulan juga sebuah
keajaiban, positifnya dari keajaiban munculnya matahari, maka ini berarti tiap
hamba sedang diberi kesempatan oleh Allah untuk mencari rezeki buat
keberlangsungan hidupnya, (ajaib bukan), begitu pula dengan keajaiban munculnya
bulan sebagai pertanda malam hari, artinya tiap hamba sedang diberi kesempatan
pula untuk merehatkan sejenak raga yang sudah mereka gunakan dalam beraktivitas
seharian, (bukan kah ini ajaib juga), dalam satu waktu di tempat yang berbeda
keajaiban bisa dirasakan.
Rasa kecewa misalnya juga merupakan keajaiban, bagaimana
bisa sesuatu yang tidak pernah bisa kita lihat, ttapi menghasilkan sesuatu yang
kemudian dapat kita lihat (air mata misalnya, dampak dr kecewa). Jadi
sebenarnya dapat dikatakan bahwa kita selalu merasakan keajaiban, bukan hanya
pada waktu-waktu tertentu saja.
Teringat beberapa hari yang lalu saat hendak
mengikuti Ujian Akhir Semester di kampus, kami diharuskan mengumpul tugas,
namun aku lupa membawa KRS dan KTM, temen-temen yang lain pada disuruh pulang
sama pengawas ujian, jika aku harus pulang, maka akan mendapatkan kesulitan,
karena pada saat itu jalan menuju rumah ku dilanda banjir, kalau harus pulang
pasti butuh waktu yang lama untuk sampai dikampus lagi, bismillah saja
memberanikan diri minta keringanan agar tdk perlu pulang, dan alhamdulilah
"aku mendapat keajaiban" aku dipersilahkan mengisi absen dan
mengumpulkan tugas tanpa harus membawa KRS atau KTM (pada saat itu di dalam
tas, hanya ada dompet, handphone, dan tugas makalah yang akan dikumpulkan).
Tiap keajaiban mengajarkan kita untuk belajar
bersyukur, tiap keajaiban juga mengajarkan untuk belajar berserah, yuk, kita
ciptakan keajaiban-keajaiban yang pada dasar nya sudah ada, namun kita yang
kadang tidak sadar bahwa sebenarnya di sekitar kita penuh dengan keajaiban.
Tulisan ini terlahir dari sebuah sebab, setelah membaca
sebuah postingan seorang teman, "berikan aku keajaiban, tuhan".
Sebuah harapan, sebuah keinginan akan sesuatu hal yang sangat didamba, membuat
niat itu terucap, dan itulah yang dinamakan sebuah doa. Pernah dibukukan dalam antologi bersama oleh CV. Asrifa
Komentar
Posting Komentar