#4# Aku Ingin Foto Wisuda S-2 Bareng Mamahku
Suara adzan yang menggema mengejutkan dan menyadarkanku pada
lamunan yang sedari tadi tanpa sadar aku lakukan, yah fikiranku saat ini entah
kemana juntrungannya, hingga kemudian aku terbayang tanah kelahiranku di
Kalimantan. Saat ini aku adalah seorang mahasiswi S-2 jurusan Pendidikan Anak Usia
Dini di sebuah Universitas ternama di Surabaya, sebagai seorang yang "merantau"
, berada di negeri orang adalah seperti turis asing, seperti sebuah mimpi saja
bisa hidup sendiri disebuah tempat, dimana aku buta sama sekali dengan
kondisinya.
"Pokoknya, mamah gak mau tahu Zahra, tahun ini kamu
harus lanjut sekolah lagi nak, mumpung mamah masih kuat
membiayainya, mumpung mamah masih diberi kesehatan dan panjang umur
hingga suatu saat mamah akan melihatmu berfoto bersama mamah dengan seragam
"hitam" itu nak, mamah ingin sekali ada disampingmu saat kamu wisuda
nanti.”
Yah begitulah mamahku, seorang
yang selalu menyemangatiku untuk melanjutkan pendidikanku setingi-tingginya.
"Zahra Khairunnisa, selamat kamu berhasil diterima di Universitas ini,
segera lengkapi berkas-berkasnya buat kelengkapan administrasi dan
lainnya", suara itu, ya... aku masih selalu ingat dengan suara itu, suara
dari seorang panitia Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas tempat aku
"iseng" mendaftar kuliah, iseng karena hanya bermodalkan coba-coba
saja, sebenarnya aku ingin kuliah di Bandung, karena disana ada abangku, yang
juga sedang kuliah, tetapi apa daya, yang memanggilku duluan adalah Universitas
yang iseng aku daftarkan diriku, yah inilah namanya takdir, dan aku menikmati
sajalah, "Go with the Flow", semboyan hidup yang telah lama jadi
prinsip hidupku.
"Nanti kamu harus jaga diri,
ingat apa pesan mamah ya Zahra, selesaikan kuliahmu dengan serius, wujudkan
mimpi mamah, doa mamah selalu bersamamu sayang.” Itulah wejangan mamahku sesaat sebelum mengantar
kepergianku.
"Aku dah gak kuat
bang, sepertinya aku terbebani dengan ini semua, bukan dengan keinginan mamah
yang ingin sekali aku melanjutkan kuliah,
tetapi aku terbebani dengan perkuliahan, aku merasa kesulitan bang, dalam hal
belajar juga sama, kayaknya sulit banget, aku juga
kesepian abang, aku mau pulang saja ke Kalimantan air mataku tumpah saat
mencurahkan perasaan ku kepada satu-satunya abang yang kusayangi.
"Ra, tiap manusia itu ada
ujian masing-masing, kata Allah tidak akan disebut beriman seseorang jika tidak
diuji, bagaimana bisa mengaku taqwa, jika diberi ujian saja tidak kuat
menghadapi bagaimana bisa disebut beriman, jika kenyataannya, ia lupa kalau ada
Zat yang selalu memberikan jalan keluar ditiap masalah, sabar ya adikku sayang,
sekarang kamu pilih mana, diuji bisa melanjutkan S-2 atau sebaliknya?", nasehat abang Dzaki menyadarkan padaku tentang apa
yang seharusnya aku lakukan, ya Rabb, aku belum bisa belajar bersyukur
ternyata, kesempatan yang kupunya belum tentu dimiliki orang lain, hiks aku
menyesal, mulai sekarang aku berjanji akan selalu semangat lagi, apa yang ada
dalam fikiran ku sekarang, adalah bisa menyelesaikan kuliah ini dan kemudian
bisa foto bareng mamahku
tercinta, kabulkan ya Allah, aamiin, kulipat kembali sajadah dan mukena yang
sedari tadi telah basah oleh tumpahan air mata.
"Alhamdulillah, wah ibu Ida
repot sekali mengantarkan saya kue untuk berbuka, terima kasih banyak ibu, maaf
saya selalu merepotkan", ucapku kepada ibu Ida seorang tetangga sebelah
kosku, beliau selalu saja memberi kue atau makanan, padahal ibu itu berjualan
kue dan makanan juga, apa tidak rugi nantinya kalau selalu dikasih gratisan,
suatu waktu pernah kutanyakan padanya, mengapa dia selalu memberiku makanan
dengan cuma-cuma, eh beliau malah menangis sesenggukkan katanya jika melihatku,
maka dia teringat dengan putrinya yang sekarang juga sedang merantau.
"Setiap saya melihat Zahra, saya selalu teringat Aisyah,
dia juga sekarang sedang merantau ke Jakarta, dia mendapat kesempatan untuk
bersekolah di salah satu instansi pemerintah, ikatan dinas begitu Zahra, nah
ibu suka terbayang, bagaimana dengan makannya, kesehatannya, ya semua lah nak,
makanya ibu berharap jika ibu bisa berbuat baik terhadap orang lain, semoga
anak ibu akan mendapatkan kebaikan yang sama dari orang lain, seperti apa yang
ibu lakukan kepada orang lain juga.”
Kalimat terakhirnya membuat ku tergetar,
seorang ibu yang cinta kasihnya begitu besar pada anaknya hingga berkorban
sampai seperti itu, aku tahu berbuat baik bukanlah masalah
pengorbanan, tetapi yang menurutku istimewa adalah harapan akan
"imbalan" dari Allah buatnya, biarlah anaknya yang merasakan hasil
dari apa yang dia buat, luar biasa ibu Ida ini, tiba-tiba aku jadi teringat
dengan mamahku, kerja kerasnya selama ini dalam mendidik dan membesarkan 3
anak, dalam kesendiriannya tanpa ada sosok seorang suami disampingnya
menjadikan mamahku adalah mamah yang paling hebat dimuka bumi ini.
Terima kasih atas semangatmu, atas
dukunganmu, dan tentu saja atas doa dan restumu selama ini, pasti kau melakukan
hal yang sama seperti yang ibu Ida lakukan, makanya aku seolah selalu diliputi
rezeki dan kebaikan dari orang lain, doamu memang "ces-pleng",
mujarab, Ya Rabb semoga kesehatan selalu diberikan buat mamah dan abangku, dua
orang hebat dalam hidupku, aamiin. Dingin malam ini membuat ku tambah kangen
saja dengan pelukan hangatnya. Love you mamah.
![]() |
Antologi Bersama Pena Indhis (My Pic Collection) |
Sebuah kisah yang sebenarnya sudah lama saya tulis,
berawal dari sebuah kisah nyata seorang kawan, bahkan untuk mendapatkan
informasinya, pada saat itu saya berdialog dengannya via whats app, hehehe..
terima kasih ya atas cerita yang indah, alhamdulillah kembali menjadi salah
satu kontributor di event yang kembali diadakan oleh PENA INDHIS, dengan tema
"Karena Aku Berbeda".
Komentar
Posting Komentar